Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Industri & Penjualan Ritel China Melambat Pada Agustus

Kondisi ini menunjukkan bahwa kebijakan stimulus yang telah dilancarkan Beijing mungkin tidak cukup untuk melindunginya dari dampak yang memburuk akibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Tentara China bergantian jaga di depan potret mantan pemimpin China Mao Zedong di Tiananmen Square, Beijing, China, Selasa (7/5/2019)./Reuters-Thomas Peter
Tentara China bergantian jaga di depan potret mantan pemimpin China Mao Zedong di Tiananmen Square, Beijing, China, Selasa (7/5/2019)./Reuters-Thomas Peter

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah indikator aktivitas ekonomi China dilaporkan melambat lebih lanjut pada Agustus.

Kondisi ini menunjukkan bahwa kebijakan stimulus yang telah dilancarkan Beijing mungkin tidak cukup untuk melindunginya dari dampak yang memburuk akibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

Biro Statistik National (NBS) pada Senin (16/9/2019) melaporkan produksi industri China naik 4,4 persen pada Agustus 2019 dari tahun sebelumnya, lebih rendah dari estimasi median untuk peningkatan 5,2 persen serta raihan 4,8 persen pada Juli.

Angka produksi industri itu adalah yang terendah secara bulanan sejak 2002, meskipun data gabungan Januari-Februari 2019 dilaporkan lebih rendah. China diketahui menggabungkan beberapa statistik karena liburan Tahun Baru Imlek.

Sementara itu, penjualan ritel pada Agustus meningkat 7,5 persen dibandingkan dengan proyeksi kenaikan sebesar 7,9 persen dan lebih rendah dari 7,6 persen pada Juli.

Adapun investasi aset tetap melambat menjadi 5,5 persen sepanjang delapan bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi kenaikan 5,7 persen.

Data terbaru ini membentuk bukti lebih lanjut bahwa upaya para pembuat kebijakan untuk mengerem perlambatan ekonomi telah tertinggal, karena China menghadapi penurunan struktural di dalam negeri dan kemungkinan tarif ekspor yang lebih tinggi ke AS.

“Laju perlambatan ekonomi lebih cepat dari yang diperkirakan dan dampak perang dagang terhadap produsen China relatif besar,” ujar Peiqian Liu, ekonom China di Natwest Markets Plc., Singapura.

Kemungkinan akan ada langkah-langkah pelonggaran lebih lanjut termasuk pemangkasan rasio cadangan wajib bank dan suku bunga pinjaman jangka menengah oleh Bank Sentral China (PBOC), meskipun langkah itu mungkin tidak akan terjadi pekan ini.

Bulan ini, PBOC memangkas jumlah uang tunai yang harus dimiliki bank sebagai cadangan ke level terendah sejak 2007, meskipun masih menunda pemotongan biaya pinjaman secara lebih luas.

Sementara itu, tim negosiasi dari China dan AS berencana untuk melakukan dua putaran secara langsung dalam beberapa pekan mendatang.

Menurut sumber terkait, kedua belah pihak telah mengambil langkah-langkah untuk menunjukkan itikad baik, dan pejabat pemerintah AS tengah mempertimbangkan kesepakatan sementara untuk menunda tarif dengan China.

“Rendahnya penjualan ritel sangat mengkhawatirkan,” ujar Raymond Yeung, kepala ekonom Greater China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd., dilansir dari Bloomberg.

“Untuk menstabilkan pertumbuhan, beberapa bulan ke depan akan terlihat upaya-upaya kebijakan yang lebih agresif,” tambahnya dengan yakin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper