Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah ekonom memprediksi neraca dagang Indonesia pada Agustus 2019 akan mengalami surplus.
Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal memproyeksikan Indonesia akan mengalami surplus neraca perdagangan sebesar US$500 juta. Perkiraan ini bukan disebabkan oleh peningkatan nilai ekspor.
Dia menuturkan, bila dilihat secara bulanan (month-to-month/mtm) baik kegiatan ekspor maupun impor Indonesia sama-sama terkontraksi. Hal tersebut terjadi karena adanya perlambatan ekonomi.
Meski sama-sama mengalami kontraksi, dia melihat penurunan kegiatan ekspor lebih rendah dibandingkan dengan impor. Kegiatan impor Indonesia melambat secara signifikan akibat negara-negara tujuan ekspor Indonesia memperketat kebijakan impor barang.
"Dari sisi permintaan dapat dilihat perdagangan global juga tengah mengalami perlambatan," kata Faisal saat dihubungi pada Jumat (13/9/2019).
Hal senada dikatakan Ekonom Bank Permata Josua Pardede yang juga memprediksi neraca dagang Indonesia berada pada zona hijau. Ia memperkirakan surplus neraca dagang sebesar US$177 juta.
Menurut Josua, secara tahunan nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 4,1%, sedangkan kontraksi impor 10,5%.
Pada sisi ekspor, lanjutnya, kenaikan harga CPO hingga 9% turut diimbangi penurunan komoditas lain seperti batubara. Akibatnya, dampak kenaikan harga CPO tidak terlalu terasa pada neraca dagang.
Kontraksi juga terjadi pada impor Indonesia. Merosotnya harga minyak mentah hingga 5% turut berimbas pada perlambatan kegiatan impor sektor migas.
Selain itu, menurunnya aktivitas industri manufaktur domestik juga menyebabkan impor nonmigas mengalami penurunan.
Ekonom Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja juga memperkirakan neraca dagang Indonesia pada Agustus 2019 akan mengalami surplus sebanyak US$155 juta.
"Secara year-on-year, kontraksi impor diperkirakan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontraksi pada kegiatan ekspor Indonesia," katanya.
Salah satu faktor neraca dagang Indonesia mengalami surplus menurutnya adalah penurunan harga minyak dunia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global juga memainkan peran yang mengakibatkan penurunan ekspor non migas Indonesia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2019 mengalami defisit US$63,5 juta. Nilai ekspor pada Juli 2019 tercatat US$15,45 miliar, sedangkan untuk impor US$15,51 miliar.