Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah dan produsen garam rakyat masih optimistis target produksi 2019 sebanyak 2,3 juta ton dapat tercapai meskipun dibayangi oleh menumpuknya stok di gudang dan jatuhnya harga.
Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin menyebutkan, produksi garam rakyat telah mencapai sekitar 750.000 ton. “[Jumlah ini] sesuai [dengan prediksi] karena sekarang ini produktivitas sudah mencapai 1 ton per hektare per hari,” katanya kepada Bisnis, Sabtu (7/9/2019).
Oleh karena itu, dengan luasan lahan garam rakyat yang mencapai 26.000 hektare (ha) dan harapan masa panen masih bisa berlangsung selama 60 hari yang terhitung sejak awal September, produksi diharapkan masih bisa bertambah hingga 1,56 juta ton dalam 2 bulan ke depan.
Dengan demikian, total produksi diharap bisa mencapai 2,3 juta ton atau sesuai dengan prediksi yang dibuat sebelumnya. Kendati demikian, pihaknya juga mengeluhkan masih adanya sisa garam produksi tahun lalu.
Untuk di Madura saja, Jakfar memprediksi stok garam tahun lalu masih bersisa lebih dari 150.000 ton. Bahkan, katanya, ada petambak yang sengaja tidak melakukan produksi lantaran tempat penyimpanannya masih penuh dengan stok garam lama.
Pasalnya, penyerapan oleh industri pengolahan garam, menurutnya, masih tersendat meskipun telah ada komitmen tertulis dari para pelaku industri. Di sisi lain, masih banyaknya sisa stok tahun lalu dan produksi yang memasuki masa-masa puncak saat ini menyebabkan tekanan atas harga garam terus berlanjut.
Berdasarkan catatan APGRI, saat ini, garam produksi rakyat kualitas terbaik atau KW 1 hanya dihargai Rp550 per kilogram (kg), dan KW 2 Rp450 per kg. Adapun, berdasarkan komitmen penyerapan garam sebesar 1,1 juta ton untuk periode hingga musim panen tahun depan, industri akan membeli garam di kisaran harga Rp800—Rp900 per kg.