Bisnis.com, JAKARTA - Setelah tarif atau biaya jasa terkait ojek online (ojol) dianggap selesai, perkara tempat menunggu dan menaikan penumpang (shelter) perlu segera diselesaikan.
Pasalnya, di beberapa kota besar terutama di DKI Jakarta, para pengemudi ojol yang menanti penumpang di simpul-simpul transportasi massal menimbulkan kemacetan.
Direktur Angkutan Jalan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Ahmad Yani mengatakan dalam peraturan menteri perhubungan (PM) No.12/2019 tentang perlindungan keselamatan pengguna sepeda motor yang digunakan untuk kepentingan masyarakat kedua aplikator wajib menyediakan shelter yang disediakan di tempat yang mudah diperoleh dan segera dibuat.
"Melihat perkembangan itu semakin banyak dan berkembang, bagaimana teman-teman di aplikator melaksanakan kewajibannya itu sesuai PM 12 ada yang harus membayar, ada segala macam," ujarnya Kamis (29/8/2019).
Menurutnya, pengadaan shelter tersebut tidak dapat sepenuhnya dilakukan di simpul massa tersebut karena keterbatasan lahan, sehingga perlu memikirkan cara tertentu untuk memenuhi kewajiban tersebut.
Dia mencontohkan pembangunan shelter bertingkat yang diperuntukan bagi pengemudi ojol memarkir dan menanti penumpangnya. Sementara itu, di beberapa tempat seperti mall perlu disediakan tempat khusus untuk parkir driver ojol dan taksi online.
Head of Strategy & Planning, Public Affairs Grab Indonesia, Tirza R. Munusamy, mengatakan pihaknya sudah membangun 120 shelter bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan. Sejumlah 120 shelter tersebut terdiri atas 90 shelter di daerah Jabodetabek dan 30 shelter di 10 kota besar lainnya.
"Kami akan menambah jumlah shelter melalui kerja sama dengan pemerintah daerah dan instansi lainnya dan ada tempat transit terminal dan stasiun," jelasnya.
Vice President Public Policy and Government Relations Gojek Indonesia, Panji Winanteya Ruky, mengatakan tengah melakukan proyek percontohan shelter bersama PT MRT Jakarta di dekat Stasiun Dukuh Atas.
"Kami bekerja sama dengan MRT dan pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bukan hanya tempat tapi mekanisme dan sistem. Itu kolaborasi dari mitra dan dari simpul-simpul transportasi MRT dan KRL," ujarnya.
Selain ruang, katanya, dibutuhkan pula alur antrian dan manajemen pergerakan para pengemudinya. Setelah berhasil dengan proyek percontohan tersebut, dia merencanakan membangun shelter-shelter terintegrasi di simpul-simpul massa lainnya.