Bisnis.com, JAKARTA - Harga ayam ras broiler siap potong (livebird) di tingkat peternak kembali merosot di bawah harga acuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018.
Pasokan livebird yang melampaui jumlah permintaan tetap dianggap sebagai penyebab utama fenomena ini. Jatuhnya harga livebird ini sejatinya telah diprediksi kalangan peternak sejak dua pekan lalu.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) wilayah Jawa Tengah Pardjuni mengemukakan pasokan ayam kembali berlebih karena dampak pemangkasan anak ayam usia sehari kelas final stock (DOC FS) hanya bisa dirasakan pada dua pekan pertama di Agustus.
Pemerintah memang sempat mengeluarkan kebijakan pemangkasan DOC FS untuk mengendalikan tingkat produksi. Dalam surat edaran dari Kementerian Pertanian bernomor 6996/SE/ PK.010/F/06/2019, pembibit diminta untuk mengurangi jumlah DOC FS dengan menarik 30 persen telur tetas berumur 19 hari dari mesin tetas (hatcher).
Aturan itu pun sifatnya sementara dan hanya diimplementasikan selama dua pekan sejak 28 Juni sampai 12 Juli 2019 bagi perusahaan pembibit ayam ras yang beroperasi di Jawa Tengah. Untuk dampaknya pada harga livebird, Pardjuni mengungkapkan hanya terasa pada 30 hari sejak pemberlakuan.
"Kami sempat meminta pemerintah untuk memperpanjang pemangkasan, tetapi tidak dikabulkan dengan berbagai alasan," kata Pardjuni saat dihubungi, Rabu (28/8/2019).
Baca Juga
Harga ayam di tingkat peternak untuk saat ini, kata Pardjuni, berkisar Rp12.000-Rp12.500/kg, jauh lebih rendah di bawah batas terendah harga acuan yang ditetapkan di harga Rp18.000/kg. Tren penurunan ini disebut Pardjuni mulai terasa sejak perayaan Iduladha lalu.
"Dampak pemangkasan sendiri kami perkirakan akan terasa sampai panen kira-kira pada 17 Agustus. Ternyata tidak, sejak tanggal itu sampai sekarang harga malah memburuk," sambung Pardjuni.