Bisnis.com, JAKARTA — Industri waralaba tahun ini diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 10% secara year on year, lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan bisnis waralaba tahun lalu yang hanya mencapai kisaran 5%—6%.
Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia Andrew Nugroho mengatakan perkiraan itu sama besarnya dengan proyeksi pertumbuhan bisnis waralaba di bidang makanan dan minuman (mamin) yang ditargetkan akan tumbuh sebesar 10%.
“Sama, 10% tumbuhnya. Untuk realisasi 2018 masih belum ketahuan [tumbuhnya],” katanya kepada Bisnis.com, Rabu (21/8/2019).
Dalam hal ini, dia mengatakan waralaba segmen kuliner akan terus bertambah mengingat luasnya target pasar di Indonesia. Oleh sebab itu, agar bisa bersaing, waralaba di sektor kuliner harus menonjolkan ciri khasnya untuk bisa menggaet target market.
“Semua harus punya khasnya. Secara market size masih besar dan pasti tumbuh seiring dengan pertumbuhan populasi, tetapi porsi masing-masing perusahaan pasti terbagi karena tambah banyak pemainnya, jadi semua harus kuat berkompetisi.”
Sementara itu, Levita Supit selaku Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) mengaku belum bisa memprediksi pertumbuhan bisnis waralaba di sektor makanan dan minuman.
Baca Juga
“Kami belum bisa memprediksi sampai akhir 2019 karena tahun ini semua lagi slow. Banyak faktornya salah satunya tahun politik dan daya beli yang menurun. Tahun lalu hanya tumbuh sekitar 8%,” kata Levita.
Meskipun demikian dia meyakini industri waralaba akan berjalan baik karena masih banyak pelaku usaha yang melirik bisnis franchise tersebut. “Tetap bisnis food and beverage buka dimana-mana.”
Lebih lanjut, dia membenarkan bahwa tumbuhnya bisnis food and beverage ini juga dipengaruhi oleh tingginya investasi di industri makanan dan minuman.
Mengacu pada data BKPM, pada 2019 ini, investasi di bidang makanan dan minuman selama periode Januari—Juni 2019 realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di sektor makanan menduduki peringat keempat dari keseluruhan sektor dengan nilai Rp21,26 triliun, sedangkan PMA menduduki peringkat keenam dengan nilai realisasi US$706,7 juta.