Bisnis.com, JAKARTA Prospek bisnis pakan unggas masih menunjukkan tren yang positif dengan pertumbuhan di kisaran 4-5 persen meski industri perunggasan dalam negeri kerap diterpa gejolak harga.
Dewan Penasihat Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman menyebutkan terdapat pemain baru di industri ini setiap tahunnya. "Prospeknya bagus. Setiap tahun ada pemain baru. Diikuti dengan pertumbuhan peternakan ayam juga," kata Sudirman saat dihubungi Bisnis, Kamis (15/8/2019).
Pertumbuhan di kisaran 4-5 persen ini dinilai masih cukup rendah. Ia menjelaskan kondisi ekonomi dalam negeri yang kurang baik menjadi salah satu faktor capaian pertumbuhan tersebut.
Pasalnya, industri pakan ternak berpotensi tumbuh sampai dua digit jika kondisi ekonomi lebih kondusif. "Pertumbuhannya hanya 4-5% karena ekonomi dalam kondisi yang kurang baik. Tetapi kalau ekonomi baik pertumbuhan bisa lebih baik. Biasanya bisa dua digit," terangnya.
Sudirman enggan menyebutkan apakah produksi jagung dalam negeri yang menjadi komponen utama pakan bisa tumbuh beriringan dengan kondisi tersebut. Ia menyebutkan ihwal produksi merupakan ranah yang dikelola oleh pemerintah.
"Harusnya bisa mengikuti [pertumbuhan tersebut]," kata Sudirman.
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebelumnya mematok kebutuhan jagung untuk industri pakan dan peternakan mandiri mencapai angka 11,5 juta ton. Sementara untuk produksi pakan, Kementan menargetkan produksi sebesar 20,7 juta ton, naik 6,7 persen dibanding total produksi pada 2018 di angka 19,4 juta ton.
Target pertumbuhan produksi jagung yang dipatok oleh Kementan pada saat yang sama berseberangan dengan proyeksi yang dirilis oleh Kementerian Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture/USDA) pada Maret lalu.
Laporan USDA mengindikasikan potensi impor jagung yang kembali dilakukan Indonesia menyusul adanya pergeseran masa tanam pertama yang seharusnya dimulai pada Oktober 2018 lalu. Untuk periode 2018/2019, produksi jagung nasional diprediksi berjumlah 11,9 juta ton dengan impor sebesar 850.000 ton untuk memenuhi kebutuhan pakan.
Di sisi lain, Sudirman menyambut baik rencana PT Berdikari (Persero) yang menjajal pasar pakan unggas mulai Agustus ini. Kehadiran perusahaan pelat merah tersebut di industri pakan ia sebut bisa memberikan pilihan bagi peternak sebagai konsumen sekaligus memacu persaingan bisnis yang lebih baik di sektor tersebut.