Bisnis.com, JAKARTA — Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM) melakukan uji prespitasi dan start ability penggunaan campuran 30 persen bahan bakar nabati ke dalam solar atau biodiesel (B30) pada kendaraan bermotor di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah.
Kepala Balitbang ESDM Dadan Kusdiana mengatakan uji coba ini adalah bagian dari uji jalan (road test) B30 untuk menentukan nilai kandungan monogliserida (MG) optimum yang akan diimplementasikan sebagai standar acuan mutu bahan bakar B30 di Indonesia.
Menurutnya, pengujian dan pemilihan lokasi di Dieng guna menguji kemampuan bahan bakar melakukan adaptasi pada kondisi udara dingin.
"Kami nyalakan mesin kendaraan setelah didiamkan [soaking] bahan bakar pada corong terpisah selama periode tertentu pada kondisi udara dingin," tuturnya dalam siaran pers, Rabu (14/8/2019).
Adapun uji prespitasi dimaksudkan untuk mengukur berat zat dalam kandungan B30 dengan menggunakan metoda cold soak filter test (CSFT) dari ASTM D7501. Sementara itu, uji start ability adalah uji kemampuan kendaraan untuk dinyalakan setelah soaking selama beberapa hari pada kondisi udara dingin.
Pengujian dilakukan pada dua kelompok kendaraan. Tiap kelompok terdiri dari tiga unit Toyota Innova diesel.
Baca Juga
Kelompok pertama dilakukan tiga kali soaking, yaitu selama 3 hari, 7 hari, dan 14 hari. Sementara itu, untuk kelompok kedua dilakukan soaking selama 21 hari. Adapun uji start ability dilakukan di setiap akhir periode soaking.
“Hasil uji prespitasi menunjukkan bahwa B30 cenderung mempunyai presipitat lebih tinggi dibandingkan B0. Hasil uji start ability menunjukkan bahwa mobil dapat dinyalakan secara normal. Ini membuktikan bahwa B30 mengalir dengan baik di mesin walau telah didiamkan selama 21 hari pada kondisi dingin,” tambahnya.
Bahan bakar yang digunakan untuk uji prespitasi dan start ability adalah solar murni (B0), B30 dengan kadar MG sebesar 0,4 persen dan B30 dengan kadar MG sebesar 0,55 persen.