Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOTA MASA DEPAN : Pola Pikir Birokrat pun Harus Berubah

“… birokrat itu kebanyakan pikirannya hanya menggugurkan kewajiban, dikasih uang, bangun gedung, kelar, ada pertanggungjawaban.”
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Senin (29/7/2019). Berdasarkan data situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia AirVisual, menempatkan Jakarta pada urutan pertama kota terpolusi sedunia pada Senin (29/7) pagi dengan kualitas udara mencapai 183 atau dalam kategori tidak sehat./Antara
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Senin (29/7/2019). Berdasarkan data situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia AirVisual, menempatkan Jakarta pada urutan pertama kota terpolusi sedunia pada Senin (29/7) pagi dengan kualitas udara mencapai 183 atau dalam kategori tidak sehat./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Wali Kota Bogor Bima Arya menyebutkan bahwa tantangan terbesar untuk mewujudkan pengembangan kota masa depan adalah bagaima mengubah pola pikir, baik dari sisi birokrasi dan juga warga kotanya.

“Sekarang birokrat itu kebanyakan pikirannya hanya menggugurkan kewajiban, dikasih uang, bangun gedung, kelar, ada pertanggungjawaban. Mereka enggak peduli output-nya seperti apa. Warga juga, kebanyakan masih cuek sama lingkungannya, tapi ternyata masalahnya ada di fasilitas yang tidak memadai,” ujar Arya dalam Indonesian Diaspora Network Global, Sabtu (10/8/2019).

Dia menuturkan bahwa kurangnya ketersediaan infrastruktur membuat warga menjadi kurang sadar akan apa yang terjadi di sekitarnya.

“Pas saya bebersih di Sungai Ciliwung, kami tegur warga karena buang sampah di sungai, warganya marah balik, di mana mau buang sampah orang tempatnya enggak ada. Jadi, itu kenapa kita harus fokus di pengembangan infrastruktur, sementara kita punya keterbatasan anggaran, dana, dan sebagainya,” tutur Arya.

Bukan tidak mungkin, jika ada infrastruktur yang tepat, infrastruktur itu bisa menjadi alat pengubah pola pikir.

“Pelebaran trotoar, misalnya, dulu ada aja komennya bukan jalan yang dilebarin, malah lebarin trotoar, nanti malah jadi surganya kaki lima. Sekarang tidak ada PKL [pedagang kaki lima] satu pun di sana karena sistem dan kultur sudah terbangun, ada yang bukan lapak sedikit aja warganya pasti pada menegur,” jelas Arya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper