Bisnis.com, JAKARTA -- Optimisme konsumen yang stagnan dalam Survei Konsumen Juli 2019 memberi sinyal perlu ada revisi dan penyelarasan kebijakan pemerintah guna mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2%.
Peneliti Senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menyatakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2019 masih berada pada 124,8 poin sama dengan Juli 2018. Indeks ini juga relatif stabil dari bulan sebelumnya sebesar 126,4 poin.
Menurut Enny, hal ini menandakan persepsi konsumen yang stagnan dipengaruhi oleh sejumlah proyeksi internasional yang mengoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kalau kita hanya tumbuh sekitar 5% artinya kemampuan memproduksi kita kapasitasnya masih terbatas," ungkap Enny, Selasa (6/8/2019).
Apalagi, terlihat dari tren pertumbuhan sektoral yang tumbuh di atas pertumbuhan nasional hanya sektor jasa. Oleh karena itu, Enny menekankan agar sektor industri dan pertanian perlu distimulus agar tak mengalami pelambatan.
"Itu semua mempengaruhi kondisi ekonomi Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini [IKE], termasuk imbasnya ke penciptaan lapangan kerja," ujar Enny.
Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia, kenaikan IKK pada Juli 2019 ditopang oleh membaiknya ekspektasi konsumen pada ekonomi ke depan.
Hal ini tercermin dari kenaikan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) sebesar 0,3 poin menjadi 138,4. Padahal, pada Juli 2019 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) turun jadi 111,2 poin lebih rendah dari 114,7 poin bulan sebelumnya.
Bank Indonesia menilai penurunan IKE ini disebabkan oleh menurunnya seluruh komponen pembentuk. Utamanya keyakinan konsumen pada ketersediaan lapangan pekerjaan.
Maka untuk meningkatkan keyakinan konsumen Enny menilai pemerintah perlu memberi jaminan adanya kenaikan pendapatan. Apabila pendapatan naik maka secara domino ekspektasi kemudahan mendapatkan lapangan kerja meningkat.