Bisnis.com, Jakarta – Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang dibangun dan dikelola oleh PT Angkasa Pura I (Persero) memiliki peran yang cukup signifikan dalam mewujudkan konektivitas udara serta perkembangan perekonomian masyarakat Provinsi DI Yogyakarta serta Pulau Jawa bagian selatan.
Untuk mengoptimalkan keberadaan YIA, beberapa langkah sedang dan akan dilakukan oleh beberapa pihak.
Misalnya dengan memindahkan penerbangan dari Bandara Adisutjipto serta mempercepat pembangunan akses kereta api dan jalan tol menuju YIA.
Optimalisasi juga dilakukan melalui rencana pengembangan sektor unggulan yang menjadi daya tarik utama Yogyakarta seperti pariwisata, kebudayaan, dan pendidikan.
Upaya-upaya lain perlu dilakukan dengan dukungan penuh seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat lokal maupun nasional agar YIA bisa memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat.
Hal tersebut menjadi simpulan diskusi publik “Optimalisasi Keberadaan Yogyakarta International Airport” yang diselenggarakan di Yogyakarta, 24 Juli 2019 lalu.
Diskusi ini dihadiri oleh berbagai perwakilan pemangku kepentingan baik di tingkat lokal maupun nasional.
Hadir sebagai pembicara antara lain Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulmafendi, Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani Mustafa, Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I (Persero) Devy Suradji, serta pemerhati kebijakan publik Agus Pambagio.
“Sebagai salah satu upaya optimalisasi, pada Oktober nanti akan terdapat pengalihan 66 penerbangan domestik luar Jawa dari Bandara Adisutjipto ke YIA. Saat ini terdapat total 188 penerbangan di Bandara Adisutjipto dan secara bertahap akan dipindahkan ke YIA,” ujar Devy Suradji.
Saat ini, lanjut Devy, YIA baru melayani 10 penerbangan per hari. Namun seringkali terjadi bottle neck karena terkait permasalahan akses. Hal ini akan menjadi hal krusial ketika seluruh penerbangan dipindahkan dari Bandara Adisutjipto.
Oleh karena itu YIA masih memerlukan dukungan akses tambahan dari dan ke Yogyakarta, seperti jalur kereta api yang masuk kawasan bandara dan jalan tol.
Danang Parikesit mengatakan bahwa rencana pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta-YIA-Kulon Progo didukung oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Rencananya proyek pembangunan jalan tol senilai Rp 20,46 triliun ini akan dilelang tahun ini dan proses pembebasan lahan serta pengerjaan konstruksinya dapat dilakukan awal 2020.
Tol tersebut diharapkan dapat dioperasikan 2021 atau 2022. Pembangunan tol akan dibangun secara bertahap, dengan ruas Solo-Yogyakarta dibangun terlebih dahulu.
Danang mengatakan bahwa Gubernur DIY menyambut positif pembangunan jalan tol dengan penekanan keberaadaan tol yang justru mendorong pertumbuhan lokal.
“Atas permintaan untuk mendorong perekonomian lokal, BPJT bersama Direktorat Bina Marga mengkaji pembatasan pembukaan rest area di koridor jalan tol dan menitikberatkan pada pintu keluar tol sehingga pelaku usaha kecil bisa memperoleh kesempatan berusaha di rest area jalan tol. Kalau rest area di koridor tol, hanya badan usaha besar yang biasanya bisa menyewanya,” kata Danang.
Sementara itu Zulmafendi mengatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan konektivitas dari dan ke kawasan YIA.
Saat ini fasilitas kereta api baru bisa diakses penumpang YIA melalui stasiun terdekat, yaitu Stasiun Wojo. Nantinya kereta bandara bisa langsung diakses dari dalam kawasan YIA.
“Proses yang tengah dilakukan saat ini adalah pembebasan lahan jalur kereta bandara. Rencananya sebelum akhir tahun ini, proses pembebasan lahan sudah selesai dan setelahnya dapat segera dilakukan proses pengerjaan. Diharapkan kereta bandara YIA dapat mulai beroperasi paling lambat pada 2021,” kata Zulmafendi.
Gatot Trihargo mengatakan bahwa Pemerintah akan menjadikan YIA sebagai hub baru untuk menggeser Malaysia dan Singapura sehingga dapat menarik potensi trafik penumpang asal Australia yang ingin kembali dari kawasan Eropa dan hendak singgah dulu ke Yogyakarta tanpa harus transit ke Singapura.
“Terdapat sekitar 950 ribu penumpang Australia yang ke Yogyakarta melalui Singapura atau Kuala Lumpur. Jadi ke depannya kami ingin mencoba mendaratkan pesawat Boeing 777 atau Airbus 380 di Yogyakarta. Oleh karena itu, Yogyakarta harus menguatkan sektor pariwisatanya,” ujar Gatot Trihargo.
Senada dengan Gatot, Rizki Handayani mengatakan harus ditumbuhkan objek wisata alternatif di Yogyakarta demi menarik lebih banyak kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta dan sekitarnya.
Sebagai informasi, sampai dengan 24 Juli 2019 progres pembangunan YIA telah mencapai 73 persen. Meski belum tuntas seluruhnya, bandara ini telah beroperasi sejak 6 Mei 2019 lalu.
Hingga saat ini, YIA telah melayani hampir 53 ribu penumpang. Ada 10 penerbangan setiap harinya dengan lima rute yang dilayani oleh maskapai Citilink, Batik Air, dan Lion Air.
Mulai 1 Agustus 2019 besok, rute Kulon Progo-Lombok pp akan mulai beroperasi yang dilayani oleh maskapai AirAsia. Sehingga akan ada 6 rute dengan 12 penerbangan oleh empat maskapai yang dioperasikan di YIA.