Bisnis.com, JAKARTA Pelaku usaha kehutanan terus melakukan monitoring dan siaga situasi lapangan secara online selama 24 jam sebagai antisipasi menghadapi musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung hingga Oktober 2019.
Purwadi Soeprihanto, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), mengatakan hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Adapun BMKG menyampaikan bahwa musim kemarau Indonesia akan berlangsung sejak Juli - Oktober 2019 dengan puncak kekeringan diprediksi akan terjadi pada Agustus 2019.
"Kami akan mengintensifkan patroli lapangan, melakukan koordinasi dan kolaborasi intensif dengan seluruh pemangku kepentingan," kata Purwadi kepada Bisnis, Selasa (30/7/2019).
Purwadi mengatakan pascaterjadinya karhutla, para pemegang izin konsesi kehutanan telah banyak melakukan perubahan besar dalam mengantisipasi kejadian tersebut.
Dia melanjutkan, para pemegang konsesi kehutanan telah menjalankan sistem deteksi dini yang terintegrasi baik melalui citra satelit, kamera pantau, dan jaringan pemantau yang terkontrol penuh dari situation room.
Selain itu, pemegang konsesi juga melakukan pelatihan kecepatan gugus tugas untuk pemadaman di lapangan, menyediakan sarana dan prasarana untuk mengatasi karhutla yang lengkap, dan melakukan koordinasi serta kolaborasi intensif dengan satgas karhutla.
Baca Juga
"Kami juga melakukan efektifitas dengan masyarakat dengan program Desa Makmur Peduli Api (DMPA), Desa Peduli Gambut, Kampung Iklim, dan Desa Bebas Api," tuturnya.
Dia menjelaskan pada intinya program-program tersebut berupa kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan budi daya lahan tanpa bakar, agroforestri, dan insentif pengembangan wilayah atau infrastruktur bagi desa-desa yang tidak ada kebakaran.