Bisnis.com, JAKARTA — Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin berencana membuka tahap prakualifikasi proyek kerja sama pengembangan rumah sakit pada November 2019.
Proyek kerja sama pertama dengan prinsip syariah ini dijadwalkan menghasilkan pemenang pada kuartal ketiga 2020.
Direktur RUSD Zainoel Abidin Azharuddin mengatakan saat ini pihaknya bakal menyusun studi kelayakan akhir setelah menggelar penjajakan minat pasar pada Selasa (30/7/2019).
Dia menambahkan bahwa pihaknya bersama dengan tim yang terlibat dalam penyiapan proyek ini memerlukan waktu 2 bulan—4 bulan untuk menyusun dokumen prakualifikasi.
"Kalau semua prosesnya selesai, November [2019] kami akan PQ [pre-qualification/prakualifikasi]. Kami tidak ingin ada delay dan seperti yang dikatatakan gubernur, kami juga jangan sampai kehilangan momentum," ujarnya kepada Bisnis selepas penjajakan minat pasar, Selasa (30/7/2019).
Dia menjabarkan, pengembangan RSUD Zainoel Abidin akan dilakukan di atas lahan seluas 10 hektare. Jumlah ranjang bakal ditambah 616 unit dari kapasitas yang ada saat ini sebanyak 738.
Baca Juga
Dari sisi layanan, pelayanan jantung, saraf, ginjal, trauma, dan mata akan menjadi lima layanan yang dikembangkan dalam lingkup proyek kerja sama.
Selain itu, RSUD Zainoel Abidin juga akan membangun layanan eksekutif atau private wing untuk melayani pasien berkocek tebal. Azharuddin menekankan, fasilitas untuk eksekutif diperlukan untuk mengurangi jumlah pasien asal Aceh yang berobat ke luar negeri.
Di lain pihak, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) sebagai pihak yang mendampingi penyiapan proyek melansir, kebutuhan investasi untuk proyek pengembangan RSUD Zainoel Abidin mencapai Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun.
Direktur Utama PII Armand Hermawan mengatakan durasi kerja sama berlangsung 17 tahun, termasuk masa konstruksi selama 2 tahun.