Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) mengakui kinerja produksi siap jual atau lifting migas yang tidak optimal dari Saka Energi Indonesia akibat tingginya target yang dipasang pada penyusunan rencana kerja.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan kinerja lifting migas Saka Energi pada semester I/2019 hanya sebesar 52 persen dari target APBN 2019 sebanyak 5.600 barrel oil per day (BPOD). Dalam penyusunan rencana kerja, anak usaha di bidang hulu ini dianggap terlalu agresif.
Di sisi lain, ada beberapa proyek yang terlambat dikerjakan seperti West Pangkah dan Sedayu. Untuk Lapangan West Pangkah, diharapkan bisa berproduksi pada akhir tahun ini, tetapi harus mundur pada kuartal I/2020.
"Mestinya kan satunya [West Pangkah] onstream akhir tahun ini dan satunya lagi [Sedayu] di 2020 awal, tapi harus delay. Itu bisa menghasilkan sekitar 20.000 BIPD lah tambahannya," katanya, Rabu (31/7/2019).
Menurutnya, Saka Energi menyusun target lifting 2019 dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP) senilai US$70 per barel. Padahal, kenyataannya harga bertengger di posisi US$63,14 per barel (rata-rata Januari - Juni 2019).
Melihat persentase capaian lifting migas selama semester I/2019, kinerja Saka terhitung kecil. Berdasarkan realisasi lifting semester I/2019 dibandingkan dengan target 2019, ada beberapa KKKS dengan rapor merah seperti Kangean Energi Indonesia sebesar 67 persen, Pertamina Hulu Energi 60 persen (gas bumi) - 69 persen (minyak), dan Husky-CNOOC Madura Ltd 30 persen.
Baca Juga
Tahun ini, Saka Energi Indonesia disibukkan dengan target penyelesaian dua proyek hulu migas di Lapangan Sidayu dan West Pangkah pada Kuartal II/2020 agar menambah produksi minyak hingga 7.000 BOPD dan gas bumi mencapai 29 MMSCFD.
Tahun lalu, Saka berhasil membukukan produksi sebanyak 49.600 barrel oil equivalent per day (BOEPD) atau lebih rendah dari produksi 2017 sebanyak 51,400 BOEPD karena berakhirnya dua blok produksi, yakni Sanga-sanga dan Southeast Sumatera, pada kuartal III/2018.
Saat ini, Saka Energi mengelola hak partisipasi di 10 aset di Indonesia dan satu blok gas serpih (shale gas) di Amerika Serikat. Lima Blok Migas dioperasikan sepenuhnya oleh Saka dengan kepemilikan 100 persen, yakni Pangkah, Sesulu Selatan, Wokam II, Pekawai, dan Blok West Yamdena.