Bisnis.com, JAKARTA – PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) menyatakan realisasi ekspor perseroan pada semester I/2018 tumbuh sekitar 10% dibandingkan semester I/2018.
Perseroan optimistis dapat menjaga pertumbuhan ekspor tersebut hingga akhir tahun ini.
Direktur PMI Daniel Suhardiman mengatakan perseroan menargetkan dapat meningkatkan kontribusi ekspor pada tahun ini menjadi 20% dari total penjualan dari realisasi tahun lalu sebesar 18%.
Salah satu pendorong peningkatan target tersebut adalah relokasi lini bisnis pendingin ruangan berkapasitas besar dari Panasonic Manufacturing Malaysia Berhad (PMM) ke Indonesia.
“Bagi kami, produk baru pendingin ruangan kategori 2.0 PK dan 2.5 PK ini kami punya kesempatan untuk ekspor ke Nigeria,” katanya, Selasa (30/7/2019).
Daniel mengatakan relokasi tersebut tidak membuat produksi di pabrik PMM berhenti, tetapi kapasitas produksi PMM diserap oleh PMI. Relokasi tersebut, membuat perseroan dapat menekan biaya impor senilai Rp300 miliar per tahun. “Produksi mereka [PMM] turun, pindah ke kami sebagian.”
Menurutnya, kegiatan ekspor tersebut akan direalisasikan pada akhir tahun ini. Di sisi lain, akan ada relokasi lini bisnis lainnya ke dalam negeri, salah satunya lini bisnis kulkas dari salah satu pabrik Panasonic di China.
Hingga akhir tahun lalu, perseroan dapat memproduksi lebih dari 500.000 unit pendingin ruangan per tahun. Jika permintaan domestik bertambah, katanya, perseroan akan mengucurkan dana untuk melakukan ekspansi kapasitas produksi.
Walau pasar elektronik global dinilai akan melambat selama 2019—2020, Daniel mengutarakan performa ekspor perseroan masih tumbuh positif. Menurutnya, ekspor produk pompa air dan audio masih menopang performa ekspor perseroan. Adapun, produksi pompa air dan audio berkontribusi paling besar atau sebesar 15% dari portofolio produk.