Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia diyakini dapat mencapai ekspor sarang burung walet ke China senilai US$1 miliar apabila kuota ekspor komoditas tersebut dinaikkan dari 150 ton menjadi 500 ton per tahun.
Untuk diketahui, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat ini sedang melakukan kunjungan kerja ke Beijing dan Shanghai, China pada 17—23 Juli 2019. Kunjungan ini dalam rangka melobi Pemerintah China, khususnya General Administration of Custom China (GACC) untuk lebih membuka dan memudahkan ekspor sarang burung walet Indonesia.
Adapun, dari pertemuan ini Kementerian Perdagangan berharap dapat menaikkan ekspor sarang burung walet ke China dan mendapatkan US$1 miliar per tahunnya dari ekspor tersebut.
China merupakan negara tujuan utama ekspor sarang burung walet asal Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pada 2018, total ekspor produk ini ke China tercatat sebesar US$139,82 juta.
Angka ini mengalami kenaikan selama lima tahun terakhir yakni dari 2014—2018 yakni 30,62%.
Hingga April 2019, ekspor komoditas ini ke China tercatat sebesar US$40,18 juta dengan volume 21,32 ton, atau naik 6,56% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 20 ton.
Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI) Boedi Mranata mengatakan saat ini produksi sarang burung walet di Indonesia mencapai 1.590 ton. Saat ini kuota ekspor sarang burung walet ke China baru 150 ton.
"Kalau kuota ekspor sarang burung walet ke China ditambah jadi 500 ton maka akan bisa capai US$1 miliar," ujarnya kepada Bisnis.com.
Tentunya, untuk dapat mencapai target nilai ekspor sarang burung walet ke China senilai US$1 miliar setiap tahunnnya, pemerintah juga perlu menggencarkan promosi-promosi. Selain itu, harga sarang burung walet yang diekspor ke China pun harus dapat bersaing dengan negara lain.
"Kalau ada kenaikan oke tetapi jangan mahal-mahal banget, beda harganya jangan tinggi-tinggi. Saat ini harga sarang burung walet di pasaran US$2.100 hingga US$2.200. Target harus dibarengi dengan upaya langkah konkret," kata Boedi.
Berdasarkan data Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI), ekspor produk sarang burung waletyang tercatat secara resmi ke China baru sebesar 70 ton pada 2018, naik dari 2017 yang mencapai 52 ton dan pada 2016 sebesar 23 ton.
Nilai ekspor tersebut, masih di bawah kuota ekspor produk sarang burung walet yang diberikan Pemerintah China per tahunnya yang mencapai 150 ton.
Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Handito Joewono mengatakan pemerintah tidak bisa memfokuskan untuk ekspor burung walet ke China. Dia menilai burung walet bisa jadi salah satu produk andalan tetapi tidak bisa melipatgandakan lebih jauh karena akan ada masalah lingkungan.
"Harusnya di genjot ekspor hortikulturan dan industri olahan pangan untuk ekspor ke China," ucapnya.
Hal itu diperlukan tim khusus lintas kementerian dan lembaga serta swasta untuk menggarap dan mengoptimalkan ekspor ke China dan investasi dari China.
Menurutnya, China harus ditempatkan sebagai mitra bisnis utama bagi Indonesia. Oleh karena itu, China harus beri suasana bersahabat dengan China agar China lebih mau mengurangi surplus perdagangannya dengan Indonesia.
"Pertandingan 'babak pertama' sudah berlalu dengan kekalahan besar, jadi harus setidaknya menyamakan score agar dengan China tidak sampai defisit neraca perdagangan. Setidaknya targetin defisit dengan China jadi nol," terangnya.
Seperti diketahui, produksi sarang burung walet Indonesia setiap tahunnya sendiri mencapai 1.500 ton. Dari jumlah tersebut, hampir seluruhnya atau sekitar 99% diekspor ke berbagai negara, utamanya China.
Hanya saja, ekspor langsung ke China yang tercatat hanya sekitar 5%, sisanya banyak dijual mentah ke Vietnam, Malaysia dan Hongkong untuk kemudian diolah dan di ekspor ke China.
TEKAN DEFISIT
Sementara itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong peningkatan ekspor sarang burung walet untuk membantu menekan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) yang makin melebar.
Salah satu yang dilakukan dengan memfasilitasi pelaku usaha asal Indonesia melakukan ekspor sarang burung waletke China sebesar 10 ton dengan nilai Rp500 miliar yang ditandai kerjasama penandatanganan kontrak antara PT Tong Heng Investment Indonesia perusahaan Quanzhou Yuyan Family Biotechnology Co., Ltd (Bird Nest Diary) dan Pimpinan Xiamen Fuen Imp & Exp Co., Ltd.
Pelaksana Harian Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Veri Anggrijono mengatakan pihaknya terus berupaya memfasilitasi pelaku usaha Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk bernilai tambah.
Produk sarang burung walet menjadi primadona di pasar China. Komoditas ini dianggap memiliki khasiat tertentu yang menjadi kepercayaan masyarakat China. Hal ini menjadi salah satu peluang meningkatkan ekspor sarang burung walet Indonesia ke pasar China.
Untuk masuk ke pasar China, produk sarang burung walet Indonesia harus melalui protokol persyaratan kebersihan, karantina, dan pemeriksaan untuk importasi oleh otoritas China.
Selain itu, diperlukan sertifikasi Certification and Accreditation Administration of the People's Republic of China (CNCA). Hingga saat ini baru sebanyak 21 di perusahaan Indonesia telah mendapat sertifikasi Certification and Accreditation Administration of the People's Republic of China (CNCA)tersebut sehingga dapat melakukan ekspor sarang burung walet ke China.
Pasalnya, agar produk sarang burung walet masuk ke pasar China tak mudah, harus melalui protokol persyaratan kebersihan, karantina, dan pemeriksaan untuk importasi oleh otoritas China, serta kepemilikan sertifikasi CNCA.
"Kami terus mendorong agar perusahaan dapat perusahaan yang memiliki sertifikat terus bertambah. Saat ini tengah dinegosiasikan dan diharapkan berhasil karena mungkin ada pengusaha diberikan pelatihan sehingga tidak perlu lagi dari sana datang memeriksa kandangnya seperti apa gitu," ujar Veri.
Dalam kesempatan yang sama, Komisaris PT Tong Heng Investment Indonesia Mr. Chan Yu Ta berpendapat pihaknya apresiasinya kepada pemerintah Indonesia terutama Kemendag yang mendukung upaya ekspor sarang burung walet terutama ke China.
Untuk saat ini kapasitas perusahaan untuk melakukan ekspor sarang burung walet sekitar 15 ton dan dengan dukungan pemerintah diharapkan semakin banyak setiap tahunnya.
"Kami berharap semakin bertambah tahun semakin bertambah banyak ekspor kita, bukan hanya 10 ton, bisa 20, 30 kami berharap semua perusahaan walet Indonesia bisa ikut mengekspor ke depannya," tutur Chan.
Menurutnya, seluruh daerah di Indonesia disebut memiliki potensi untuk menghasilkan sarang burung walet. Namun hanya ada dua daerah yang termasuk penghasil terbesar yaitu Kalimantan dan Sumatra.
Saat ini, harga sarang burung walet yang sudah diolah memiliki harga yang berbeda tergantung tingkat grade. Untuk grade paling rendah, harganya US$1.000 per kilogram atau setara Rp13,9 juta.
Lalu, untuk grade paling tinggi dari sarang burung walet ini harganya sekitar US$3.000/kg atau setara Rp41,8 juta.
Chan berharap pemerintah bisa mempercepat ekspor bisa lebih cepat. Pasalnya, seminggu sebelum ekspor ada inspeksi dari badan karantina untuk kualitas, packing, dan lain sebagainya. Hal itu dilakukan agar tak ada masalah dan bisa langsung dikirim.
"Petugas ini akan cek sekitar 3 hari, kamu berharap ini bisa dipercepat," ucapnya.