Tudingan Diskriminatif karena Toilet
Kini, kecaman publik terhadap diskriminasi pelayanan antara pengunjung umum dan pengemudi ojol pun kembali mengemuka.
Pekan ini, tersebar di media sosial informasi yang menyebutkan Mal Puri Indah di Jakarta Barat, sengaja memisahkan toilet antara yang digunakan untuk pengunjung umum dengan pengemudi ojol dan karyawan mal.
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi pun angkat bicara. Dia menyatakan, kebijakan Mal Puri Indah tersebut merupakan bentuk diskriminasi terhadap pengemudi ojol. Menurutnya, pengemudi ojol sejatinya merupakan representasi konsumen.
“Pembedaan toilet untuk pengemudi ojol dan pengunjung umum jika dilihat dari sisi hak, merupakan kebijakan yang diskriminatif. Kalau pihak mal tidak nyaman dengan adanya pengemudi ojol, sekalian saja mereka dilarang masuk. Itupun kalau pengelola mal berani,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santosa mengatakan, polemik itu muncul lantaran adanya persoalan komunikasi yang tidak lancar antara pengelola pusat perbelanjaan dengan publik, terutama pengemudi ojol.
Dia mengatakan, tidak ada pengelola mal, yang sengaja membedakan pelayanan antara pengemudi ojol dan pengunjung umum. Dia mengklaim, seluruh mal yang menyediakan lokasi parkir, ruang tunggu dan lokasi antar-jemput penumpang pengemudi ojol, menempatkan fasilitas tersebut pada lokasi yang strategis.
“Tidak ada persepsi khusus dari kami pengelola mal, untuk membedakan pengemudi ojol dengan pengunjung mal. Bagi kami, mereka justru salah satu konsumen utama kami. Maka dari itu, sejumlah isu mengenai diskriminasi terhadap pengemudi ojol, solusinya hanya dapat diperoleh dengan memaksimalkan komunikasi antara pengelola mal dan pengemudi ojol,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
