Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah disarankan untuk segera membuka keran penerimaan pajak lebih besar di sektor perdagangan digital, pariwisata, dan industri kreatif.
Peneliti Bidang Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap menyatakan bahwa penerimaan pajak saat ini sebagian besar bersumber dari industri pengolahan.
Kondisi ini menjadi rentan ketika industri pengolahan atau harga komoditas melemah. Abdul pun mengimbau pemerintah untuk lebih gencar dalam mencari sumber penerimaan pajak lain.
"Misalnya pajak untuk e-commerce, kedua dari pariwisata, dari industri kreatif. Tiga oni belum maksimal namun sisi lain kita tergantung pada harga minyak dan industri pengolahan," jelas Abdul kepada Bisnis.com, Selasa (16/7/2019).
Jika pemerintah tidak segera serius menggenjot pendapatan pajak dari tiga sektor itu Abdul meramalkan bahwa kondisi penerimaan pajak tidak akan menorehkan prestasi.
"Kalau mau lebih sustain ke depannya kita harus ada perubahan fundamental jadi tidak hanya industri pengolahan tidak bergantung dan harga minyak," papar Abdul.
Baca Juga
Josua Pardede, ekonom PT Bank Permata Tbk. mengatakan bahwa perekonomin Indonesia perlu memacu ekspor produk berkualitas. Salah satunya juga dengan meningkatkan kapasitas industri manufaktur yang tumbuhnya melambat dengan tren terbatas 4,3%. Dengan upaya ekspor produk manufaktur maka penerimaan negara juga bisa lebih besar.
"Ini jadi tantangan struktur ekonomi yang produktif ini harus didorong lagi agar karena kuncinya manufaktur," pungkas Josua.