Bisnis, JAKARTA — PT PLN (Persero) mengatur ulang operasional sejumlah pembangkit listrik terutama yang berbasis bahan bakar minyak (BBM) dan gas demi meningkatkan efisiensi seiring dengan pertumbuhan konsumsi yang di bawah ekspektasi.
Plt. Direktur Utama PLN Djoko Rahardjo Abumanan mengatakan tertekannya kinerja sejumlah industri seperti baja maupun semen telah menyebabkan konsumsi listrik menurun. Pihaknya mencatat, pertumbuhan konsumsi listrik di Indonesia selama semester I/2019 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu hanya mencapai 4,31%, padahal sampai akhir tahun pertumbuhan konsumsi listrik ditargetkan sebesar 6,97% atau setara 247 kWh.
Kondisi tersebut menjadikan PLN untuk melakukan sistem merit order, yakni hanya akan memprioritaskan operasi pembangkit dengan biaya murah dibandingkan dengan biaya yang lebih mahal, sampai beban tenaga listrik mencukupi.
“Sekarang kita lihat, pembangkit mana yang paling mahal. Pertama dengan bahan bakar minyak [BBM] itu pasti sudah haram hukumnya. PLN sekarang sudah rendah sekali penggunaan BBM, bahkan di sistem Jawa-Bali tidak lagi memakai BBM,” katanya kepada Bisnis, Senin (15/7/2019).
Selain tidak lagi menggunakan pembangkit listrik dengan bahan bakar minyak, PLN juga mulai mengurangi operasi pembangkit listrik tenaga gas.
Djoko mencontohkan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Gilimanuk berkapasitas 130 MW yang tidak beroperasi dan berada dalam posisi siaga (stand by) hingga saat ini, walaupun pembangkit tersebut terhitung bagus.
Baca Juga
Selain itu, juga ada PLTGU Pemaron yang tidak beroperasi karena menggunakan bahan bakar minyak.