Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inalum Arahkan Bukit Asam Cari Cadangan di Luar Indonesia

PT Inalum (Persero) mengarahkan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) untuk mengelola cadangan batu bara di luar Indonesia dan membatasi ekspor sebagai strategi perusahaan untuk menjaga sumber daya dalam negeri. 
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Inalum (Persero) sebagai holding industri pertambangan mengarahkan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) untuk mengelola cadangan batu bara di luar Indonesia dan membatasi ekspor sebagai strategi perusahaan untuk menjaga sumber daya dalam negeri. 

Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya belum berencana untuk mengakuisisi tambang baru di Indonesia. Sebaliknya, perseroan akan meniru cara kerja China yang membeli sumber daya batu bara negara lain. 

Hingga saat ini, PTBA  memiliki cadangan batu bara sebanyak 3,33 miliar ton dan sumber daya mencapai 8,27 miliar ton. Walaupun digadang-gadang sebagai emiten batu bara dengan cadangan terbesar, PTBA belum termasuk dalam perusahaan dengan penguasaan pasar yang dominan di pasar global. 

Pada tahun ini, PTBA menargetkan produksi batu bara sebanyak 27,26 juta ton atau naik 3 persen dari realisasi produksi sepanjang tahun lalu sebanyak 26,36 juta ton. Dari sisi penjualan, PTBA menargetkan angka 28,38 juta ton yang terdiri dari penjualan domestik sebanya 13,67 juta ton dan ekspor 14,71 juta ton.

Dengan adanya megaproyek 35.000 megawatt (MW) yang didominasi oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), kebutuhan pasokan untuk dalam negeri akan meningkat signifikan.

"Batu bara yang dicadangkan untuk listrik saja bisa semakin meningkat," katanya, Senin (8/7/2019). 

Budi menegaskan sudah saatnya Indonesia mengoptimalkan sumber daya batu bara yang dimiliki untuk dimanfaatkan di dalam negeri daripada sekadar melakukan ekspor. Pilihan ekspor bisa saja dilakukan, tetapi harus memikirkan sejumlah risiko. 

"Kalau mau bikin jangka pendek ekspor sekarang, tetapi tidak akan mendapat nilai tambah hingga empat kali lipat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper