Bisnis.com, BANDUNG - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berencana melakukan konversi bahan bakar reaktor Triga 2000 yang semula menggunakan bahan bakar tipe Triga Mark II buatan General Atomic menjadi tipe MTR fuel plate.
"Upaya mengonversi bahan bakar ini dikarenakan General Atomic sebagai produsen bahan bakar Triga Mark menghentikan produksi bahan bakarnya dan berbagai komponen reaktor Triga lainnya," kata Kepala Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT), Jupiter Sitorus Pane dalam siaran persnya, Jumat (5/7/2019).
Reaktor Triga 2000 merupakan reaktor riset pertama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Reaktor dengan kapasitas 2MW yang berlokasi di Jalan Taman Sari Kota Bandung ini mulai dioperasikan pada 1965 hingga saat ini tetap beroperasi dengan baik.
Jupiter mengatakan, General Atomic tidak hanya menghentikan produksi bahan bakar saja, namun produksi batang kendali dan berbagai komponen reaktor Triga lainnya juga dihentikan.
"Apabila ketiadaan bahan bakar mengakibatkan operasi reaktor Triga 2000 terhenti operasinya, maka akan berdampak pada terhentinya penelitian-penelitian yang selama ini dilakukan PSTNT Batan khususnya terkait dengan teknik analisis nuklir untuk studi polusi udara, nutrisi, senyawa bertanda untuk terapi dan diagnostik, radiometri yang pemanfaatannya sangat luas untuk kesejahteraan masyarakat," kata Jupiter.
Untuk menjaga keberlangsungan operasi reaktor itulah, menurut Jupiter, perlu dilakukan berbagai upaya mengganti bahan bakar dan komponen lainnya yang selama ini diproduksi oleh General Atomic dengan produksi dalam negeri.
Ide mengganti bahan bakar reaktor produksi luar negeri dengan produksi dalam negeri bukan tanpa alasan, karena pada saat ini bangsa Indonesia telah menguasai teknologi pembuatan bahan bakar reaktor dan telah berhasil dimanfaatkan di Reaktor Serba Guna GA Siwabessy yang berada di Kawasan Nuklir Serpong.
"Indonesia sudah mampu memproduksi bahan bakar reaktor tipe MTR-fuel plate secara domestik dan sudah berhasil digunakan di Reaktor Serba Guna GA Siwabessy dan bahkan sudah mampu membuat komponen batang kendali sendiri. Ini menjadi modal dasar yang paling menentukan mengapa kita layak melakukan konversi karena bahan bakar penggantinya sudah ada," tambahnya.
Ia menuturkan, ide melakukan konversi bahan bakar reaktor ini muncul sejak tahun 2013 yang diawali dengan pembuatan rencana strategis operasi reaktor.
Di dalam rencana strategis inilah muncul empat pemikiran terkait dihentikannya produksi bahan bakar reaktor tipe Triga Mark oleh produsennya.
Pertama, meneruskan operasi reaktor dengan membeli bahan bakar reaktor yang baru dari produsen lain. Pemikiran ini bagi Jupiter tidak mungkin dilaksanakan, mengingat saat ini tidak ada satu negara pun yang menjadi produsen bahan bakar tipe ini.
Kedua, tetap mengoperasikan reaktor dengan persediaan bahan bakar yang tersisa pada saat ini. Langkah ini menurut Jupiter juga tidak dapat diambil karena setelah bahan bakar yang tersisa telah habis digunakan, secara otomatis reaktor akan berhenti beroperasi, dan ini akan berdampak pada terhentinya pasokan radioisotop untuk berbagai sektor, seperti kesehatan, industri, pertanian, dan lingkungan.
Ketiga, melakukan konversi reaktor dengan menggunakan bahan bakar jenis MTR-Fuel Plate yang diproduksi di dalam negeri. Pemikiran ini yang dapat dijadikan solusi mempertahankan agar reaktor Triga 2000 tetap beroperasi, namun jika langkah ini diambil dan terjadi kegagalan, maka menurut Jupiter reaktor Triga 2000 harus dihentikan operasinya dengan melakukan langkah-langkah dekomisioning.
Keempat, pilihan terakhir apabila tidak dapat dilakukan upaya mempertahankan agar reaktor Triga 2000 tetap beroperasi, maka harus dilakukan dekomisioning.
"Berdasarkan empat pemikiran tersebut, Batan mengambil langkah dengan melakukan konversi bahan bakar agar reaktor Triga 2000 tetap beroperasi," tuturnya.
Untuk melakukan konversi bahan bakar reaktor tersebut, dijelaskan Jupiter, Batan telah melakukan studi kelayakan yang dilanjutkan dengan pembuatan conceptual design, basic design, dan detail design sambil menyiapkan dokumen perizinan modifikasi.
"Pekerjaan ini dipercepat karena pada prinsipnya konversi reaktor ini hanya terbatas pada perubahan teras dan bahan bakarnya diikuti dengan modifikasi pada sistem pendingin primer, termasuk penggunaan tangka tunda dan katup sirkulasi alam, sementara sistem dan komponen lain dipertahankan seperti semula," jelasnya.
Jupiter menargetkan pada 2019 ini dapat dituntaskan pembuatan desain dasar (basic design), draf dokumen perizinan, dan dokumen awal desain detil.
Pada kurun waktu berikutnya yakni 2020-2024 kegiatan konversi sudah masuk pada tahapan tindak lanjut perizinan yang diikuti dengan manufacturing komponen yang dimodifikasi, termasuk pembelian bahan bakar, pembongkaran dan pemasangannya.
Tahapan demi tahapan dalam konversi bahan bakar reaktor ini dijelaskan Jupiter, harus dipastikan bahwa desain dan analisisnya dilakukan dengan benar dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
"Hal ini harus dibuktikan dengan membuat mock-up dari desain yang selanjutnya hasil-hasil yang dicapai harus dikonsultasikan dengan narasumber yang berkompeten. Pembuktian keberhasilan desain dan analisis hasil konversi akan ditandai dengan hasil evaluasi dan dikeluarkannya izin modifikasi oleh Bapeten," katanya.
Upaya Batan dalam mempertahankan terus beroperasinya reaktor Triga 2000 dengan melakukan konversi bahan bakar menjadikan Indonesia satu-satunya negara yang melakukan konversi bahan bakar reaktor. Selain melakukan konversi, Indonesia juga mampu menyediakan bahan bakar reaktor secara mandiri.
"Hanya Indonesia yang melakukan konversi ini karena memang hanya Indonesia yang saat ini mampu melakukan konversi sekaligus menyediakan bahan bakarnya di dalam negeri. Negara lain tidak tertarik melakukan konversi karena memang mereka tidak memiliki kemampuan atau keinginan untuk memproduksi bahan bakarnya sendiri secara bersamaan," kata dia.