Bisnis.com, JAKARTA - Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) masih membutuhkan waktu beberapa tahun ke depan untuk bisa kompetitif dari segi harga.
Wakil Presiden Direktur PT Adaro Power Dharma Djojonegoro mengatakan harga listrik dari PLTS saat ini masih kalah kompetitif dibandingkan dengan listrik yang dihasilkan dari batu bara. Selain itu, PLTS masih menghadapi tantangan intensitas panas dari matahari yang tidak menentu di Indonesia.
"Solar power memang masih sulit karena belum kompetitif dari segi harga. Masalah intensitas juga menyulitkan, misalnya begitu hujan drop powernya. Tapi, kita memang perlu terus belajar," katanya, Kamis (27/6/2019).
Meskipun begitu, tuturnya, tren harga listrik dari PLTS terus menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Dia meyakini suatu saat listrik dari PLTS akan cukup ekonomis, walaupun akan tetap sulit bersaing dengan listrik dari PLTU.
"At some point pasti akan kompetitif. Bisa 5 tahun atau 15 tahun lagi kita masih belum tahu," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebutkan harga investasi pembangkit baru terlihat ketika terjadi pembangunan sekitar 1.000 MW. Menurutnya, sejauh ini tren penurunan harga investasi pembangkit di dunia tidak terjadi di Tanah Air.
Dia dunia, ujarnya, investasi untuk PLTS terus mengalami penurunan karena kapasitasnya bertambah terus. Jika pada 5 tahun lalu harga listrik dari PLTS sekitar 6-7 sen dolar per kWh, maka saat ini sudah sekitar 3,5 sen dolar per KWh.
"Posisi Indonesia sekarang, kalau hitung-hitungan IESR dengan kondisi hari ini, sekitar 8-9 sen per kwh," katanya.