Bisnis.com, JAKARTA – Bulan lalu, kantor 32 lantai dan bangunan sewa di tengah kota di Singapura terjual ke investor asal Amerika Serikat senilai 1,02 miliar dolar Singapura, naik 35 persen secara nilai dibandingkan dengan penjualan pada 2017.
“Pertumbuhan yang tinggi pada nilai jual perkantoran dalam 12 bulan terakhir didukung oleh dinamika pasok dan permintaan yang tinggi di Singapura,” kata Regina Lim, Head of Capital Markets Research for Southeast Asia Jones Lang LaSalle (JLL) dalam keterangan resmi, Jumat (14/6/2019).
Tingkat sewa kantor di Singapura terus mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir, dengan laju pertumbuhan tahun ini diprediksi mencapai 12 persen, melampaui negara-negara lainnya di Asia Tenggara.
Pasar sewa kantor terus mengalami perbaikan yang cukup signifikan dalam 18 bulan terakhir, ungkap Lim. Permintaan untuk ruang kantor terus menguat meskipun harganya naik. Permintaan terutama dari perusahaan layanan profesional, teknologi, dan penyedia ruang kantor fleksibel.
Berdasarkan data Forbes, 59 persen dari perusahaan teknologi multinasional sudah membuka ruang kantornya di Singapura, disusul Hong Kong dengan pangsa 18 persen.
Pasok kantor yang sudah terisi di pusat bisnis (CBD) mengalami peningkatan hingga 6 persen pada 2018, dibandingkan kenaikan 2,3 persen per tahun sepanjang 2013 sampai 2017. Hal itu didorong oleh banyaknya tenant baru, ekpansi perusahaan, dan pembaruan perusahaan.
Bersamaan dengan permintaan yang terus meningkat, Singapura juga dihadapkan dengan kendala penyusutan pasok di CBD setidaknya sampai 2021. Hal ini berpotensi membuat harga sewa bertumbuh 4 persen-6 persen per tahun dalam lima tahun ke depan.