Bisnis.com, JAKARTA - Panasnya tensi perang dagang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara. Tidak hanya Amerika Serikat (AS) dan China, risiko itu juga mengintai negara di kawasan lain.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menuliskan, pertumbuhan ekonomi AS dan China lebih rendah 0,2 persen-0,3 persen dari rata-rata pada 2021 dan 2022 karena perang tarif ini.
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (22/5/2019), OECD menuliskan, tanpa memperhitungkan kenaikan tarif perang dagang, sebenarnya pertumbuhan ekonomi AS akan melampaui negara maju besar lainnya dengan pertumbuhan 2,8 persen tahun ini. Angka itu naik dari 2,6 persen yang diproyeksikan pada Maret lalu.
Namun, ekonomi terbesar dunia itu terlihat melambat menjadi 2,3 persen tahun depan, bahkan jika kenaikan tarif baru tidak dilakukan.
China, yang bukan negara anggota OECD, telah berusaha untuk merangsang ekonominya tetapi pertumbuhan masih terlihat menurun dari 6,2 persen tahun ini menjadi 6 persen pada 2020, tingkat terendah dalam 30 tahun.
Investor global mengamati dengan seksama stimulus yang akan diluncurkan Beijing guna menopang pertumbuhan setelah China melonggarkan kebijakan moneter, memotong pajak, dan mengizinkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus terkait pendanaan proyek infrastruktur.
Baca Juga
Sementara itu, ekonomi yang bergantung pada ekspor, seperti Jepang harus mengalami kerugian akibat dari penurunan arus perdagangan.
Proyeksi pertumbuhan negeri sakura itu diperkirakan hanya 0,7 persen pada 2019 dan 0,6 persen pada 2020, dipangkas dari perkiraan OECD pada Maret masing-masing sebesar 0,8 persen dan 0,7 persen.
Di sisi lain, zona euro juga terpaksa merasakan beban yang sama akibat perlambatan perdagangan global.
OECD memperkirakan pertumbuhan di zona euro tahun ini pada kisaran 1,2 persen, sebelum naik menjadi 1,4 persen tahun depan.
Proyeksi tersebut sedikit lebih baik dari perkiraan pada Maret, yakni masing-masing sebesar 1 persen dan 1,2 persen berkat pelemahan di Italia yang terbukti jauh lebih baik dari perhitungan awal.
Sementara itu, OECD menaikkan perkiraan pertumbuhan Inggris menjadi 1,2 persen tahun ini dari 0,8 persen pada perkiraan sebelumnya karena adanya prospek positif dari Brexit.
Ekonomi Inggris diperkirakan turun menjadi 1 persen, sedikit lebih baik dari 0,9 persen yang diperkirakan pada Maret lalu.