Bisnis.com, JAKARTA — Luas lahan perkebunan teh terus menyusut karena produsen minuman kemasan lebih suka mengimpor teh kualitas rendah dari luar negeri dengan harga lebih murah.
Ketua Dewan Teh Indonesia (DTI) Suharyo Husen mengatakan tekanan impor adalah salah satu penyebab turunnya luas lahan perkebunan teh, selain disebabkan oleh alih guna lahan. Para pemilik perkebunan saat ini memilih menggunakan lahannya untuk menanam produk lain dengan keuntungan lebih besar.
“Untuk itu, kita meminta pemerintah menetapkan moratorium alih guna lahan perkebunan teh, minimum 2 tahun agar luasan lahan yang saat ini mencapai 125.000 hektare ini dapat dipertahankan,” ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu.
Dia juga mengatakan, DTI sedang berupaya memacu konsumsi teh dalam negeri dari 350 gram per kapita per tahun menjadi 500 gram per kapita per tahun. Hal itu diperlukan untuk menjaga permintaan terhadap teh tetap tinggi sehingga membantu kesejahteraan pelaku perkebunan teh. Berdasarkan data DTI, produksi teh Indonesia tiap tahunnya mencapai 140.000 ton per tahun.
Pengamat perkebunan Gamal Nasir mengatakan, produk teh Indonesia sejatinya menjadi salah satu yang memiliki kualitas terbaik di dunia. Namun, konsumen RI lebih menghendaki produk teh dengan harga yang murah. Hal itu membuat para pengusaha minuman olahan memilih mengimpor teh berkualitas rendah dengan harga yang miring.
Berdasarkan data UN Comtrade, impor teh Indonesia pada 2014 mencapai 16.000 ton. Volume tersebut melonjak menjadi 29.000 ton pada 2018. Sementara itu, berdasarkan data DTI, impor teh Indonesia menembus 40.000 ton pada tahun lalu, yang 90% di antaranya teh berkualitas rendah.
Baca Juga
DTI serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tengah menyusun laporan untuk meminta pemerintah untuk menaikkan bea masuk teh. Besaran bea masuk yang diusulkan mencapai 40%.