Bisnis.com, JAKARTA - Eskalasi ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China memperkecil peluang ekonomi global untuk bangkit.
Aksi saling balas sepanjang dua pekan terakhir meningkatkan kekhawatiran bahwa sebagian besar korporasi akan menahan investasi, konsumen memangkas belanja, dan risiko pelemahan di pasar saham global.
Perlambatan dan pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia akan memperkuat alasan The Fed dan bank sentral negara lain untuk menahan kenaikan suku bunga. Kondisi ini mungkin juga akan memaksa bank sentral untuk meluncurkan stimulus baru.
Morgan Stanley, yang masih mengharapkan kesepakatan antara AS-China dapat tercapai, memperingatkan risiko resesi global dengan proyeksi pertumbuhan di bawah 2,5 persen pada 2020 jika kedua negara tetap berselisih.
"Sama seperti tanda-tanda tentatif yang menunjukkan bahwa pemulihan sedang berlangsung, ketegangan perdagangan kembali sebagai ancaman yang kredibel dan signifikan bagi siklus bisnis," tulis Kepala Ekonom Morgan Stanley, Chetan Ahya, dalam sebuah laporan seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (16/5/2019).
Ahya menyoroti bahwa kepercayaan diri korporasi dalam melakukan investasi menerima dampak serius dari kegiatan saling balas tarif dagang AS-China.
Baca Juga
Kekhawatiran terhadap pelemahan lebih lanjut diperkuat dengan data ekonomi China yang melaporkan penurunan pada output industri, penjualan ritel, dan investasi sepanjang bulan lalu.
Sementara itu di AS, penjualan ritel turut mengalami penurunan secara tidak terduga pada periode yang sama. Di sisi lain, produksi pabrik tercatat turun untuk ketiga kalinya dalam empat bulan pertama tahun ini.
Pada belahan dunia yang lain, prospek ekonomi di Eropa tetap rapuh meskipun pertumbuhan di Jerman menunjukkan kenaikan 0,4 persen pada kuartal I/2019, bangkit dari stagnansi pada periode sebelumnya.
Ekonomi Eropa yang masih belum stabil salah satunya disebabkan oleh kemerosotan manufaktur yang dibebani oleh perang dagang.
Kepercayaan investor terhadap ekonomi Jerman secara tidak terduga melemah memasuki Mei, untuk pertama kalinya sejak Oktober tahun lalu.
Pelemahan di Eropa bahkan sudah terjadi sebelum ketegangan dagang antara AS-China memuncak.