Bisnis.com, JAKARTA - Produk Domestik Bruto (PDB) China diprediksi akan terpangkas sejalan dengan kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Menurut sebuah survei terhadap para ekonom, Partai Komunis China menghadapi kegagalan untuk memenuhi target pertumbuhan jangka panjang yang diharapkan berlipat ganda dari PDB 2010 akibat serangan baru dari Trump.
Pertumbuhan PDB 2019 akan diturunkan sebesar 0,3 persen menyusul kenaikan tarif impor yang diberlakukan AS terhadap produk China senilai US$200 miliar.
Berdasarkan estimasi median dari survei yang dilakukan Bloomberg, jika Trump melanjutkan penerapan tarif tambahan terhadap produk impor China yang selama ini bebas tarif, maka PDB China dapat tergerus 0,6 persen dalam 12 bulan berikutnya.
"Data terkini menandakan permintaan yang lemah baik di dalam maupun luar negeri. Pembuat kebijakan perlu memprioritaskan stabilisasi ekonomi dalam skenario ini," kata Liu Xuezhi, seorang ekonom di Bank of Communications Co di Shanghai dikutip dari Bloomberg, Rabu (15/5/2019).
Sementara itu, AS bersiap untuk menghantam China dengan tarif baru. Kantor Perwakilan Dagang AS merilis daftar barang-barang China senilai sekitar US$300 miliar termasuk pakaian anak-anak, mainan, telepon seluler, dan laptop yang terancam dikenakan tarif 25 persen.
Baca Juga
Para pejabat AS mengatakan seluruh tarif baru tidak akan berlaku hingga paling lambat akhir Juni.
Laporan setebal 140 halaman itu menjabarkan berbagai macam produk konsumen mulai dari pakaian, sepatu, penajam pensil, buku, seprai, dan mesin pemotong rumput.
Daftar ini juga mencakup produk segar, daging, arloji, pestisida, sepeda motor, kakao, susu formula, kembang api, benang, dot bayi, dan alat musik.
Perwakilan Dagang AS mengatakan bahwa tarif baru tidak akan berlaku untuk obat-obatan atau komoditas hasil bumi langka.