Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi sektor riil di China kurang menggembirakan. Data yang dirilis Biro Statistik Nasional China menyebut, penjualan ritel memburuk dari perkiraan dengan pertumbuhan sebesar 7,2 persen secara tahunan atau berada pada laju terlamban sejak Mei 2003.
Jika dibandingkan dengan realisasi ritel pada Maret sebesar 8,7 persen serta proyeksi pertumbuhan untuk April sebesar 8,6 persen, capaian tersebut menunjukkan bahwa konsumen semakin kehilangan kepercayaan diri di tengah pelemahan ekonomi dan perang dagang yang berkelanjutan.
Pelemahan pembelian ritel sebagian besar terkontraksi oleh realisasi penjualan mobil China yang turun 14,6 persen secara tahunan pada April, menandakan penurunan 10 bulan berturut-turut.
Kegiatan investasi juga tidak luput dari pelemahan, yang tumbuh 6,1 persen secara tahunan pada empat bulan pertama tahun ini.
Padahal, pendapat analis yang dikumpulkan oleh Reuters memproyeksikan investasi China dapat tumbuh hingga 6,4 persen pada April, dari realisasi 6,3 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Sektor usaha milik negara terus menjadi penopang kegiatan investasi sementara bisnis swasta terlihat lebih lesu, di samping itu pertumbuhan pada investasi manufaktur tercatat mengalami pertumbuhan pada laju terlambat sejak 2004.
Baca Juga
Pertumbuhan investasi fixed-asset melambat menjadi 6,1 persen dalam empat bulan pertama tahun ini.
Adapun, investasi fixed-asset pada sektor swasta tumbuh 5,5 persen pada periode yang sama, menurun tajam dari kenaikan 6,4 persen pada periode Januari-Maret. Investasi swasta menyumbang sekitar 60 persen dari keseluruhan investasi di Cina.
Adapun pertumbuhan belanja infrastruktur, pendorong ekonomi China yang paling kuat, bertahan stabil sebesar 4,4 persen secara tahunan pada Januari-April.
Juru Bicara Biro Statistik Nasional Liu Aihua menyampaikan bahwa China masih memiliki cukup ruang untuk meningkatkan dukungan kebijakan ekonomi.