Bisnis.com, JAKARTA - Tenaga kerja Inggris saat ini tengah mendulang keuntungan akibat minat yang berkurang dari para pemburu pekerjaan asal Uni Eropa. Hal itu diketahui berdasarkan survei yang dilakukan oleh LinkedIn.
Negara-negara Uni Eropa menyumbang 47 persen dari minat internasional terkait peluang pekerjaan di Inggris, turun dari 52 persen pada tahun sebelumnya.
"Analisis pengguna LinkedIn di seluruh blok Uni Eropa juga menunjukkan bahwa dalam periode tiga tahun sejak awal 2016, migrasi tenaga kerja profesional dari negara-negara Uni Eropa lainnya ke Inggris telah turun 30 persen," tulis LinkedIn dalam laporannya, seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (13/5/2019).
Dalam survei tambahan terhadap 600 perekrut di Inggris, sebanyak 43 persen mengatakan Inggris kurang menarik bagi kandidat dari Uni Eropa sejak referendum Brexit. Sedangkan 64 persen mengatakan perpecahan itu menciptakan kesenjangan keterampilan di bidang-bidang tertentu karena berkurangnya akses terhadap kandidat internasional.
Tiga perempat dari total responden melaporkan peningkatan pada jumlah perusahaan yang mencari kandidat pekerja dari dalam negeri, bukan internasional.
Lebih dari setengah perekrut mengatakan perusahaan meningkatkan tawaran gaji untuk karyawan baru dan 43 persen melaporkan perusahaan memberikan kenaikan gaji untuk mempertahankan staf yang ada.
Baca Juga
Mereka juga melaporkan bahwa perusahaan telah meningkatkan tunjangan, serta menawarkan pekerjaan yang lebih fleksibel, program pascasarjana hingga kesempatan magang.
Sementara warga Inggris dapat mengambil manfaat dalam jangka pendek, Mariano Mamertino, ekonom senior di LinkedIn, memperingatkan bahwa ini mungkin akan merugikan perusahaan dalam jangka panjang.
"Kita lihat beberapa bulan ke depan, [menurut saya] ini dapat menimbulkan kerugian tambahan pada bisnis di Inggris yang sudah melaporkan kekurangan tenaga ahli di area bisnis tertentu," katanya.