Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KPR Turun Akibat Segmentasi Pasar Properti Bergeser

Pasar properti yang lesu membuat banyak pengembang yang menggeser target pasar. Banyak pengembang awalnya membangun hunian berskala besar dan mahal menjadi berskala kecil dan murah.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan jumlah pengguna kredit pemilikan rumah (KPR) pada kuartal I/2019 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya diyakini karena banyak pengembang yang menurunkan segmentasi pasarnya.

Associate Director PT Ciputra Residence Yance Onggo mengatakan bahwa saat ini, melihat pasar yang lesu membuat banyak pengembang yang menggeser target pasar. Banyak pengembang awalnya membangun hunian berskala besar dan mahal menjadi berskala kecil dan murah.

"Mungkin terjadi shifting, kalau dilihat sekarang luas bangunan banyak yang bangun dibawah 70 meter persegi, harganya di bawah Rp1 miliar, jadi dari sisi suplai dan permintaan sebenarnya naik kalau dibandingkan dengan beberapa tahun lalu," katanya kepada Bisnis, Minggu (12/5/2019).

Namun, kata Yance, kenaikan pasok dan permintaan ini seharusnya membuat jumlah pengguna KPR makin banyak. Yance meyakini penurunan terjadi pada nominal KPR yang diajukan ke bank.

Lantaran lebih banyak rumah murah, nominal KPR yang diajukan lebih banyak tapi dengan nominal lebih besar.

"Padahal hampir semua pengembang mengubah portofolio produknya. Banyak yang dicacah, ini terjadi nggak cuma untuk rumah tapak, apartemen aja sekarang gitu kan kecil-kecil unitnya. Bisa jadi ini mempengaruhi penurunan dari sisi nominal, jumlah yang akad kreditnya," lanjutnya.

Berdasarkan Data Analisis Uang Beredar Bank Indonesia pada Maret 2019, kredit konsumsi pada Maret bertumbuh 8,90 persen, tetapi melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya dengan capaian pertumbuhan 9,60 persen.

Pelambatan pertumbuhan tersebut bersumber dari pelambatan kredit kendaraan bermotor (KKB), kredit multiguna, dan kredit pemilikan rumah (KPR).

Sejalan dengan pertumbuhan total kredit, pertumbuhan kredit properti pada Maret 2019 melambat dari 17,90 persen (pada Februari) menjadi 17,10 persen didorong oleh pelambatan kredit KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA), kredit konstruksi, maupun kredit real estat.

Melihat jumlah pengguna pembiayaan tunai dan tunai bertahap yang naik, menurut Yance, tak ada keuntungan lebih dari metode pembiayaan tersebut. Yance melanjutkan, kenaikan pembiayaan tunai dan tunai bertahap juga kemungkinan karena adanya pergeseran tren pendapatan pembeli properti.

"Milenial kan banyak yang nggak suka kerja kantoran, buka usaha sendiri, mereka bisa jadi juga bayar hunian tunai," ungkapnya.

Yance menyebutkan, kendati secara nasional tingkat penggunaan KPR turun, di PT Ciputra Residence pengguna KPR masih stabil dan tinggi di kisaran 65 persen – 70 persen, dengan perincian 65 persen untuk hunian kelas menengah seperti di Citra Raya dan 70 persen untuk hunian kelas menengah bawah.

"Jadi mungkin yang turun bukan dari sisi pengguna, tapi dari sisi nominal mungkin karena dulu sekali akad kredit satu orang nominalnya besar, kalau sekarang kan karena banyak rumah murah nominalnya jadi kecil-kecil cuma kalau dari kontribusi KPR di kita nggak mengalami penurunan tetap sama, nggak bergeser ke tunai atau cicil bertahap."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper