Bisnis.com, JAKARTA – Penerapan industri 4.0 selalu dikaitkan dengan biaya investasi dan efisiensi produksi yang cukup tinggi.
Maka dari itu, kebanyakan pelaku usaha memandang penerapan produksi menggunakan big data dan teknologi tersebut hanya tepat untuk industri berkapasitas besar. Namun demikian, kini industri berkapasitas kecil dan menengah (IKM) pun didorong untuk menerapkan sistem tersebut agar tidak tertinggal.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (IKFLMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan sebagian IKM otomotif telah menerapkan sistem industri 4.0. Hal tersebut ditunjukkan oleh partisipasi dalam penilaian mandiri Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) tahun ini.
Adapun, INDI 4.0 dikuti oleh 326 pelaku usaha yang didominasi oleh pelakku usaha sektor industri otomotif sejumlah 196 unit. Pada penilaian mandiri tersebut, industri otomotif mendapatkan nilai 1,72 dari 4,0 atau posisi kedua terendah sebelum industri logam.
Wakil Ketua Industri Kecil dan Menegah Himpunan Industri Kerajinan dan Mebel Indonesia (HIMKI) Regina Kindangen menyampaikan penerapan sistem industri 4.0 oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM) belu merata. Menurutnya, sebagian pelaku IKM kerajinan dan mebel menerapkan sistem industri 4.0 dengan cara menggunakan koneksi daring untuk melakukan promosi maupun edukasi.
Senada, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman mengutarakan IKM makanan dan minuman (mamin) yang telah menerapkan sistem industri 4.0 masih dapat dihitung jari. Sebagian besar, lanjutnya, merupakan perusahaan rintisan yang memiliki pengetahuan dan dana yang cukup untuk menerapkan digitalisasi dalam proses produksi dan penjualannya.
“Perlu diberikan pengertian [kepada] pelaku usaha IKM [bahwa penerapan industri 4.0] bukan monopoli industri besar, yang kecil juga harus mulai, jelasnya kepada Bisnis, Minggu (5/5/2019).
Adhi mengakui bahwa implementasi industri 4.0 memerlukan investasi pada teknologi dengan biaya hingga dua kali lipat. Akan tetapi, ujarnya, investasi tersebut membuat proses produksi lebih efisien 30%--40%.
Menurutnya, pola pikir merupakan kunci bagi IKM mamin dalam penerapan industri 4.0. Namun demikian, ujarnya, biaya investasi yang tinggi tidak dapat dipungkiri menjadi tantangan bagi IKM dalam menerapkan digitalisasi. Maka dari itu, Adhi menyarankan agar pihak perbankan maupun pemerintah memberikan dorongan kepada pelaku IKM dalam menerapkan industri 4.0.
Dalam kesempatan berbeda, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan IKFLMATE Kemenperin Sony Sulaksono mengatakan pihaknya akan mendorong IKM untuk mengimplementasikan sistem Industry Internet of Things (IIoT). Kementerian, lanjutnya, sedang meramu insentif yang akan diberikan kepada IKM terkait hal tersebut.
“Bagaimana pun IKM ini tulang punggung industri nasional. Pekerja juga banyak diserapnya di situ. Kalau industri besar, tanpa bantuan pemerintah pun sudah bisa [menerapkan IIoT], hanya perlu diberikan environment [yang baik]. Kalau IKM bukan environment, tapi memang mereka perlu dorongan tambahan,” paparnya.
Sony berujar penerapan IIoT memerlukan dana yang besar. Maka dari itu, imbuhnya, arah pemebrian insentif akan ke arah sana. Selain dana, Sony menguraikan IKM masih tertinggal dalam beberapa aspek seperti akses teknologi dan akses pelatihan SDM.
Sementara itu, Country Manager Rockwell Automation Indonesia Adi Darmadi berujar peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi penting agar tidak gagu dalam beradaptasi dengan perubahan teknologi dalam penerapan IIoT. Menurutnya, SDM ada jajaran manajemen harus membuat peta jalan arah yang diinginkan dari penerapan IIOT dan SDM pada level operator harus mengerti arah kebijakan tersebut.
Adi mengutarakan penerapan IIoT akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara signifikan. Adi menyimulasikan sebuah pabrik dapat mencatatkan efisiensi sebesar 10% - 70% dengan mengimplementasikan teknologi IIoT tergantung nilai investasi yang ditanamkan.
“[Industri] yang kami sasar adalah [industri] yang punya keinginan, yang merasa punya kebutuhan. Bahkan [industri] yang kecil pun. Kalau sudah berniat ke situ [implementasi IIoT], kenapa tidak?” ucapnya.
Namun demikian, Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun berpendapat perlu adanya kepastian pasar bagi produk-produk pelaku IKM sebelum menerapkan IIoT dalam proses produksi. Menurutnya, walaupun sudah terlihat beberapa pelaku IKM yang merambah ke pasar digital, sosialisasi dan edukasi mengenai pasar digital belum merata.
Akan tetapi, lanjutnya, dengan merambah kepada pasar digital, para IKM dituntut untuk bbersang secara global dengan produk-produk pelaku dari luar negeri. Alhasil, imbuhnya, kepastian pasar menjadi peting agar para IKM dapat berkembang.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih menegaskan pihaknya telah mendorong para pelaku IKM dengan cara melakukan edukasi dan kerjasama dengan platform pasar digital yakni e-SMART IKM.
“Kami optimistis, e-commerce akan menjadi gerbang bagi pelaku IKM kita melakukan transformasi digital. Ini bisa terjadi dalam proses promosi, sistem informasi, pembayaran, serta manajemen relasi dengan pelanggan,” katanya dalam keterangan tertulis.
Gati menambahkan pihaknya menargetkan jumlah peserta yang akan mengikuti program e-SMART IKM mencapai 10.000 orang yang tersebar di Semarang, Bogor, Surabaya, Kuta, Pontianak dan Makassar. Adapun, lanjutnya, kementerian telah ada 5.945 peserta yang mengikuti program e-SMART IKM dalam periode 2017—2018 dengan omzet hingga Rp2,37 miliar.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi digital bagi pelaku IKM nasional, menjadi penting untuk mendongkrak daya saingnya hingga kancah global. Upaya ini juga sebagai bagian dari pelaksanaan langkah-langkah prioritas yang tertuang di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Guna memacu IKM nasional berperan pada penerapan revolusi industri 4.0, kami terus mendorong mereka agar terlibat di e-commerce yang diimplementasikan dalam program e-Smart IKM,” ujarnya.