Bisnis.com, NADI - Asian Development Bank (ADB) memutuskan untuk memprioritaskan penyaluran pinjaman maupun dana bantuan darurat untuk negara-negara di kawasan Pasifik.
Alasannya, negara-negara itu dinilai lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Menurut data Asian Development Outlook 2019 yang dipublikasikan oleh ADB, rata-rata pertumbuhan ekonomi 14 negara Pasifik pada 2018 mencapai 0,9 persen.
Angka pertumbuhan tersebut jauh di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi negara di Asia Tengah yang pada periode yang sama tercatat sebesar 4,4 persen, Asia Timur sebesar 6,0 persen, Asia Selatan 6,7 persen, dan Asia Tenggara 5,1 persen.
Presiden ADB Takehiko Nakao mengatakan bahwa secara umum, negara-negara di kawasan Asia sudah semakin independen.
Oleh karena itu, ADB akan memprioritaskan penyaluran pinjaman serta dukungan pendampingan kepada negara-negara di kawasan Pasifik.
Baca Juga
“Kami kurangi portofolio pinjaman ke negara Asia yang sudah berkembang agar memberikan lebih banyak ruang bagi negara-negara yang lebih miskin,” ujarnya dalam acara ADB Annual Meeting 2019 di Nadi, Fiji, Kamis (2/5/2019).
Strategi ADB 2030 merumuskan pendekatan berbeda dalam penyaluran dana dan pendampingan kepada negara-negara kepulauan kecil yang rentan bencana serta terdampak konflik. Negara-negara di kawasan Pasifik termasuk di dalamnya.
Sejalan dengan rencana tersebut, ADB akan terus meningkatkan kucuran pendanaan ke Pasifik. Sepanjang 2016-2018, total pinjaman dan dana bantuan yang disalurkan ADB ke Pasifik telah meningkat menjadi US$1,5 miliar.
Pada periode 2013-2015, nilai dana yang digelontorkan baru sekitar US$700 juta.
“Kami ingin mengerjakan lebih banyak proyek yang memiliki dampak besar di Pasifik,” tambahnya.
Adapun, yang termasuk dalam kawasan Pasifik adalah Cook Islands, Federated States of Micronesia, Fiji, Kiribati, Marshal Islands, Nauru, Ppalau, Papua Nugini, Samoa, Solomon Islands, Timor Leste, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu.