Bisnis.com, JAKARTA - Harga garam rakyat kembali mengalami penurunan seiring dengan masih menumpuknya stok di gudang penyimpanan.
Jakfar Sodikin, Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) menyampaikan per 25 Maret 2019 harga garam rakyat di pasaran rata-rata menjadi Rp1.000/kg turun dari harga rata-rata sebelumnya Rp1.200 per/kg.
"Harga cenderung turun terus, terbaru per kemarin [Kamis, 25/4/2019] harganya ini sudah di angka Rp1.000," katanya kepada Bisnis, Jumat (26/4/2019).
Jakfar mengatakan harga yang cenderung turun tersebut membuat petani garam rakyat tidak terlalu bersemangat menjual garamnya.
Padahal, menurut estimasinya sisa stok garam lokal di gudang-gudang rakyat yang terletak di wilayah Madura--di antaranya--Sumenep, Pamekasan, Sampang, Jawa Tengah dan Jawa Barat masih tersimpan sekitar 500.000 ton - 700.000 ton stok garam rakyat.
"Karena kemarin waktu mereka terpaksa simpan itu kan harganya masih kisaran Rp1.500 dan sudah harganya Rp1.000 ya [kondisi di lapangan] ada pembatasan karena banyak perusahaan-perusahaan garam yang tidak membuka pembelian," lanjutnya.
Jakfar sendiri mengatakan dirinya tidak mengetahui secara pasti apa alasan dibalik tersendatnya serapan garam lokal oleh para perusahaan pengguna garam.
Jakfar juga mengklaim garam rakyat yang belum terserap tersebut memikili kualitas yang baik yakni Kw1 atau kadar NaCl nya 90% - 94%. Garam Kw1 merupakan garam bertekstur putih bersih.
"Kw1 [garam rakyat] kami rata-rata produksinya di seluruh indonesia itu sekitar 50% [dari total produksi tahun lalu sebanyak 2,7 juta ton] atau katakan diperkecil untuk produksi di Madura saja sudah 70% ke atas," jelasnya.
Oleh karena itu, pihaknya sangat berharap pemerintah dapat segera membantu penyerapan sisa garam lokal tersebut dengan harapan harga garam bisa naik kembali menjadi Rp1.500 per/kg.
Selain itu, dia juga berharap agar sisa stok garam rakyat tersebut dapat terserap sebelum akhir Juni 2019.
Hal itu karena menurut estimasinya pada akhir Juni 2019 petani garam rakyat akan mulai panen.
"Kami sekarang ini sudah mulai pengeringan, biasanya makan waktu 1 bulan - 1 setengah bulan, setelah itu baru panen [perkiraan kami panennya] akhir Juni 2019," tandasnya.
Sebelumnya, Brahmantya Satyamurti, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan pihaknya siap mendorong PT Garam (Persero) dan perusahaan garam lainnya untuk menyerap sisa stok garam rakyat yang diperkirakan masih ada 500.000 ton - 700.000 ton.