Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Bersih PTBA Kuartal I Tertekan Harga Batu Bara

Sepanjang kuartal I/2019, PTBA mencetak pendapatan senilai Rp5,34 triliun atau turun 7,13 persen dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp5,75 triliun.
Aktivitas penambangan batu bara PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung Enim, Sumatra Selatan/Bloomberg-Dadang Tri
Aktivitas penambangan batu bara PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung Enim, Sumatra Selatan/Bloomberg-Dadang Tri

Bisnis.com, JAKARTA--Tertekannya harga batu bara dan berlakunya harga khusus untuk batu bara yang dipasok ke PLTU dalam negeri membuat kinerja keuangan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) pada kuartal I/2019 terkoreksi.

Sepanjang kuartal I/2019, PTBA mencetak pendapatan senilai Rp5,34 triliun atau turun 7,13 persen dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp5,75 triliun.

Penjualan batu bara untuk pasar ekspor menjadi penyumbang utama dengan porsi 50 persen diikuti penjualan batu bara domestik 46 persen dan penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit, serta jasa sewa sebesar 4 persen.

Berbanding lurus dengan pendapatan, laba bersih sepanjang kuartal I/2019 juga mengalami penurunan sebesar 21,38 persen dari Rp1,45 triliun menjadi Rp1,14 triliun. Lebih tingginya penurunan laba bersih dibandingkan pendapatan salah satunya disebabkan naiknya beban pokok penjualan hingga 12 persen.

Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan harga batu bara terus tertekan sejak kuartal IV/2018. Harga jual rata-rata batu bara PTBA pada kuartal I/2019 turun sebesar 13 persen dari Rp887.883 per ton menjadi Rp772.044 per ton.

Adapun penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan harga batu bara Newcastle sebesar 7 persen maupun harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index/ICI) GAR 5.000 sebesar 24 persen dibandingkan dengan kuartal I/2018.

"Selain itu, pada kuartal I/2018 kebijakan harga khusus batu bara untuk PLTU dalam negeri yang dipatok US$70 per ton belum berlaku dan tahun lalu harga memang sedang tinggi-tingginya," tuturnya, Rabu (24/4/2019).

Dia menyatakan pihaknya akan terus melakukan langkah-langkah efisiensi untuk menurunkan biaya produksinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lucky Leonard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper