Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) mencatat ekspor rajungan mengalami peningkatan tipis dari 15.800 ton pada 2017 menjadi 16.300 ton pada 2018.
Direktur Eksekutif APRI Hawis Madduppa menyebutkan, peningkatan ini lantaran kemungkinan adanya ekspansi lokasi penangkapan baru. Kendati demikian, dia tidak merinci daerah penangkapan baru yang dimaksud.
“Perkiraannya [produksi 2018] kan turun, tetapi setelah dikalkulasi selama setahun malah menigkat,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (9/4/2019).
Kendati terjadi peningkatan, menurutnya kinerja produksi ini masih dalam rentang normal di mana ekspor terendah berada pada kisaran 15.000 ton per tahun dan tertinggi sekitar 20.000 ton per tahun.
Lebih jauh, dia menyebutkan bahwa keseluruhan kinerja ekspor rajungan tersebut masih ditopang oleh aktivitas perikanan tangkap lantara uji coba budidaya rajungan yang dikerjakan bersama Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau masih belum bisa diimplementasikan dalam skala besar untuk mendukung ekspor.
Tingkat mortalitas yang tinggi menurutnya masih menjadi kendala dalam implementasi budi daya rajungan untuk skala industri.
“Kita sudah uji coba dan cukup berhasil tetapi kan belum dalam skala industri. Masih dalam tahap: oh oke ini berhasil tapi masih dalam tahp uji coba lainnya,” jelasnya