Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan melakukan kajian mengenai pemilihan rute angkutan barang di Pulau Jawa. Hasilnya, dari sisi waktu dan operasional melalui tol Trans-Jawa lebih efisien, tetapi masih banyak pengemudi angkutan yang memilih tidak melalui tol.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Antar Moda Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Masrono Yugi Hartiman menuturkan, tol Trans-Jawa dibutuhkan untuk meningkatkan konektivitas di pulau Jawa yang berkontribusi lebih dari 50% bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
"Akses jalan tol diharapkan dapat menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya saing Indonesia," katanya dalam keterangan resmi, Rabu (10/4/2019).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, biaya operasional melalui tol lebih murah 9% dibandingkan dengan rute kombinasi dan 13% dari rute nontol.
Sementara itu, waktu perjalanan kendaraan melalui tol lebih cepat dibandingkan dengan melalui nontol dan kombinasi. Waktu tempuh kendaraan melalui tol lebih cepat 38% dibandingkan dengan rute kombinasi dan 58% dari rute nontol.
Selain itu, faktor yang memengaruhi sensitivitas pemilihan rute angkutan barang adalah tarif tol, fasilitas rest area (tempat istirahat) pengemudi dan kondisi perkerasan jalan yang berpengaruh terhadap penggunaan ban; sistem penggajian pengemudi sangat berpengaruh terhadap pemilihan rute angkutan barang (tol, kombinasi atau nontol).
Pengemudi yang bergaji bulanan yang merupakan pegawai tetap cenderung melewati jalan tol; berkisar 53% pengemudi menggunakan rute kombinasi antara tol dan nontol dengan tujuan menghemat waktu perjalanan dan biaya operasional.
Beberapa ruas tol yang dihindari oleh pengemudi yang memilih rute kombinasi adalah ruas-ruas tol yang tarif dirasakan cukup mahal seperti Cikopo--Palimanan, Kanci--Semarang, Solo--Ngawi, Jombang--Surabaya; biaya operasional kendaraan melalui tol lebih murah dibandingkan dengan melalui nontol dan kombinasi.
"Tol Trans-Jawa diharapkan dapat mengatasi permasalahan kepadatan lalu lintas dan kerusakan jalan pada ruas jalur pantura yang dikarenakan kurang optimalnya peranan jembatan timbang dalam menertibkan truk ODOL (over dimension over load). Namun, pada kenyataanya, apa yang diharapkan Tol Trans-Jawa tersebut belum dapat diwujudkan," tuturnya.