Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rotokemas Tolak Rencana Bea Masuk Anti Dumping Aluminium Foil

Asosiasi Industri Kemasan Fleksibel Indonesia (Rotokemas) menolak rencana pengenaan bea masuk anti dumping atau BMAD terhadap barang aluminium foil lantaran dapat membuat produk kemasan lokal kalah bersaing dengan produk kemasan impor.
Makanan kemasan/Istimewa
Makanan kemasan/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Industri Kemasan Fleksibel Indonesia (Rotokemas) menolak rencana pengenaan bea masuk anti dumping atau BMAD terhadap barang aluminium foil lantaran dapat membuat produk kemasan lokal kalah bersaing dengan produk kemasan impor.

Seperti diketahui, Asosiasi Produsen Aluminium Extrusi serta Aluminium Plate, Sheet & Foil (Apralex-Sh & F) mengajukan permohonan bea masuk anti dumping terhadap impor aluminium foil pada tahun lalu. Adapun jenis aluminium foil yang diusulkan untuk dilindungi adalah aluminium foil dengan ketebalan di bawah 0,2 milimeter.

Apralex-Sh & F berargumen impor aluminium foil sudah mengkhawatirkan sejak Mei 2018. Dalam permohonan asosiasi, terdapat lonjakan impor pada periode Januari—Mei 2018 sebesar 56% menjadi 24.074 ton dari 15.432 pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, pangsa pasar produk impor naik 12,7%, sedangkan pangsa pasar produk lokal terkontraksi 21%.

Kendati demikian, Anggota Senior Rotokemas Purnomo Wijaya mengatakan jika BMAD tersebut dikabulkan, biaya produksi kemasan domestik akan meningkat. Pada akhirnya, lanjutnya, harga kemasan produksi lokal akan kalah bersaing dengan kemasan impor.

“Kedua, fasilitas [produksi] aluminium foil mereka kan relatif kecil. Waktu supply kami membutuhkan waktu yang panjang, kalau dengan impor kan jadi lebih pendek,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (9/4).

Purnomo menambahkan saat ini produk impor kemasan berkontribusi sekitar 10%--20% terhadap pangsa pasar kemasan fleksibel dalam negeri pada akhir tahun lalu. Selain kemasan impor, lanjutnya, bahan baku untuk membuat kemasan pun masih banyak yang bergantung pada impor.

Di samping itu, dia memprediksi industri kemasan fleksibel tumbuh stagnan pada tahun ini atau sekitar 5%. Menurutnya, industri kemasan mengalami anomali produksi sejak 2016.

“Harusya [volume produksi kemasan] bertambah, tetapi saat ini produk-produk yang sudah jadi komoditas, semacam sabun, sudah stagnan [pertumbuhan produksinya],” katanya.

Purnomo memaparkan salah satu pendorong pertumbuhan industri kemasan fleksibel tahun ini ialah pergeseran gaya hidup.

Kemasan fleksibel adalah kemasan yang terbuat dari bahan plastik lentur yang bisa dipadukan dengan bahan lainnya seperti alumunium foil, metalizing, kertas, dan jenis plastik lainnya. Secara sederhana, kemasan fleksibel dapat ditemui dalam bentuk bumbu masakan, kemasan obat-obatan, dan kotak susu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper