Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saran ALI ke Asperindo Soal Pesawat Sewaan Kargo Sendiri

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mengingatkan Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik (Asperindo).
Ilustrasi - Petugas melakukan bongkar muat barang di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (25/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Ilustrasi - Petugas melakukan bongkar muat barang di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (25/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mengingatkan Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik (Asperindo) untuk memperhatikan hal paling esensial terkait dengan proses pengiriman barang yang dilakukan oleh perusahaan ekspedisi.

Menurut ALI, Asperindo harus memikirkan tak hanya muatan berangkat yang sudah pasti penuh tetapi juga muatan balik dari luar Jakarta supaya muatan kargo udaranya selalu penuh.


Ketua ALI Zaldi Ilham Masita menuturkan bahwa saat ini memang sudah saatnya pemain logistik besar yang banyak menggunakan kargo udara untuk menyewa pesawat kargo mandiri, karena sudah memungkinkan.


"Biaya surat muatan udara [SMU] sudah dinaikkan oleh maskapai komersial, yang menjadi masalah adalah mengisi muatan pesawat kargo ini agar bolak-balik bisa penuh," katanya kepada Bisnis, Kamis (4/4/2019).


Menurutnya, Asperindo yang memiliki banyak anggota di setiap provinsi bisa bekerja sama untuk mengisi muatan kargo udara tersebut. Zaldi menilai, kalau perlu muatan baliknya diberikan potongan harga sampai dengan 90% oleh maskapai sehingga ekonomi di daerah juga naik. Ada subsidi silang dengan Jawa.


"Pesawat kargo udara sudah harus mulai dirintis dari sekarang. Seharusnya dana tol udara di Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk Papua lebih baik dipakai untuk membangun pesawat kargo udara daripada hilang percuma dana APBN tersebut," terangnya.


Dana subsidi tersebut terangnya dapat dipakai untuk menghidupkan Merpati AIr menjadi maskapai khusus kargo udara dengan harga murah. "Jadi juga tujuannya subsidi tapi lebih berkelanjutan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper