Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Kredit Perumahan Dianggap Belum Menarik

Kebijakan pelonggaran rasio Loan-To-Value (LTV) dirasakan kurang maksimal. Hal ini diduga karena suku bunga yang diterapkan dari bank pembeli pinjaman yang masih tinggi.

Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan pelonggaran rasio  Loan-To-Value (LTV) dirasakan kurang maksimal. Hal ini diduga karena suku bunga yang diterapkan dari bank pembeli pinjaman yang masih tinggi.

Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan bahwa untuk membuat kinerja LTV maksimal harus dibarengi dengan suku bunga yang rendah dari bank maupun pemerintah.

“Kalau dengan LTV uang muka jadi rendah, berarti kan cicilannya jadi tambah besar. Padahal, kalau mau mencicil rumah itu pasti mengacunya ke tingkat suku bunga dan maksimal cuma bisa sampai 15-20 tahun. Kalau diperpanjang sampai 30 tahun mungkin masih masuk akal,” katanya di Jakarta belum lama ini.

Associate Director Investment Service Colliers International Indonesia Aldi Garibaldi menambahkan, LTV nantinya hanya bisa digunakan oleh orang-orang yang dari sisi pekerjaan sudah mapan, karena bisa menjamin cicilannya lebih terjangkau.

Menurut Aldi, melihat ekonomi Indonesia dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,1persen-5,3 persen, ditambah dengan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate (7DRR) 6 persen yang belum akan turun, belum cukup untuk mendorong daya beli properti masyarakat

“Kebutuhan hunian itu tinggi. Kebanyakan ada potensi pembelian tapi belum terjadi. Nah kebutuhan ini yang ke depan harusnya diakomodasi dengan kebijakan yang lebih bersahabat, ditambah dengan daya beli mereka [pembeli] sendiri yang juga harus bisa memenuhi ke arah sana seperti bekerja di perusahaan bagus,” paparnya.

Jika ingin mengajukan cicilan ke bank, kata Aldi, pasti akan dilakukan pemeriksaan terkait dengan di mana pengaju kredit bekerja, jika reputasinya kurang bagus saja bisa mempengaruhi bank untuk tidak menyetujui permohonan kreditnya.

Selain itu, untuk memacu penjualan properti juga harus dipusatkan pasarnya kepada end-user, karena jika bertumpu pada investor bisa membuat kondisi pasar menjadi tidak sehat, kecuali barang yang dibeli digunakan juga.

“Contohnya di Dubai pada 20-8 itu kan booming properti, dibeli memang, tapi kebanyakan untuk pencucian uang, investasi dari asing, jadi tidak dihuni, akhirnya setelah dibeli tidak ada pergerakan harga, sementara pemilik harus terus membayar biaya pemeliharaan,” lanjutnya.

Pasar investor, menurut Ferry dan Aldi, memang merupakan pasar yang baik, tapi pemerintah maupun pengembang ke depan harus lebih berfokus untuk membangun dengan target pasar end-user. Salah satunya dengan memberikan kemudahan seperti LTV.

Agar LTV berjalan lancar, suku bunga dari bank, menurut Ferry, harus serendah mungkin. Saat ini suku bunga dari bank umumnya masih dua digit. Adapun, jika bank menawarkan suku bunga satu digit hanya berlaku jangka pendek dalam dua sampai tiga tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper