Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan pasok dan serapan gedung perkantoran di Jakarta diharapkan bisa menuju keseimbangan mulai awal 2020.
Pasalnya, menurut riset Colliers International, tahun 2019 akan ada tambahan pasok sekitar 680.000 meter persegi, bertumbuh 7,3 persen dari 2018. Sedangkan pada 2020 jumlah tambahan pasoknya akan menurun.
Sementara itu, tingkat huni dilihat dari 2017-2018 naik, terutama untuk gedung yang baru dibangun dengan tingkat okupansi di kawasan Central Business District (CBD) mencapai 82,5 persen. Jumlah ini bisa naik karena pertumbuhan pasok tidak akan signifikan.
Untuk harga sewa, diprediksi akan ada kenaikan 4 persen-5 persen pada 2019. Kenaikan tersebut kata Ferry cukup moderat karena jika tidak ada gejolak makroekonomi harganya bisa naik hingga lebih dari 10%.
"Tahun ini pasokan bertambah, pilihan lebih banyak. Harga gedung baru dan lama juga tidak jauh beda, orang pasti lebih pilih yang baru," kata Ferry Salanto, Senior Associate Director and Research Colliers Imternational, Selasa (2/4/2019).
Selain itu, kualifikasi gedung grade A akan mendominasi dan memicu kenaikan harga karena dari segi kualitas dan lokasi seperti di CBD lebih baik.
Baca Juga
Kemudian, harga jual juga tercatat stagnan pada kuartal I/2019. "Ke depan landlord akan menahan harga, jadi tidak akan ada banyak pergerakan," sambungnya.
Adapun, coworking space masih mendominasi. Pada 2018 pasok masuk sekitar 70.000-an di CBD. Namun, secara porsi tenant di Jakarta jumlahnya belum sampai 5%. Akan tetapi jumlah itu naik dari 2017 yang masih di bawah 2 persen.
"Sekarang 5,1 persen pangsa tenant coworking space itu, jumlah itu akan tetap aktif karena kebutuhan coworking space masih tinggi," lanjut Ferry.