Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (ISWA) menyambut baik langkah pemerintah mengamankan perdagangan kayu dan produk kayu dengan Inggris melalui kerjasama penegakan hukum, tata kelola, dan perdagangan di sektor kehutanan antara kedua negara.
Soewarni, Ketua Umum ISWA mengatakan kerjasama Forest Law Enforcement, Governance and Trade in Timber Products- Voluntary Partnership Agreement (FLEGT VPA) yang dilakukan pemerintah dengan Inggris tersebut dapat menggenjot ekspor produk kayu ke negara yang dipimpin Ratu Elizabeth tersebut.
“Kan ini menyangkut SVLK juga, berarti kan nanti ekspor ke Inggris akan meningkat, kalau menurut saya [perjanjian ini] akan [berdampak] positif,” katanya kepada Bisnis, Senin (1/4/2019).
Soewarni mengatakan selama ini produk kayu yang diekspor ke Uni Eropa sudah berbentuk di antaranya menjadi pintu, kayu flooring dan sebagainya. Di mana dia mengklaim bahwa hasil ekspor produk kayu Indonesia meningkat setiap tahunnya.
“Kami harapkan akan lebih baik [ekspornya]. Saat ini kami harus memetakan [berapa besaran ekspor] ke Inggris,” lanjutnya.
Selain itu, Soewarni juga berharap dengan adanya perjanjiannya, pemerintah juga dapat mempromosikan produk-produk kayu Indonesia agar mendapatkan pasar yang luas di Inggris Raya.
Baca Juga
Benny Soetrisno, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Indutri Bidang Perdagangan memandang bahwa perjanjian FLEGT VGA tersebut akan memberikan jaminan pasar untuk hasil industri manufaktur yang berbahan baku kayu.
“Sepanjang Inggris juga mewajibkan negara lain yang ekspor ke Inggris wajib menggunakan sistem legalitas asal kayu,” katanya kepada Bisnis.
Sebelumnya, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan KLHK Rufi'ie mengatakan Porsi ekspor kayu ke Inggris Raya selama ini sebesar 25,5% dari total ekspor ke Uni Eropa.
"Pada 2013 saat awalnya dilakukan skema Sistem Verifikasi legalitas kayu , baru sekitar US$132 juta.Kemudian ada peningkatan dua kali lipat dalam 5 tahun , sekarang Inggris menggunakan 25,5% produk kayu Indonesia di Uni Eropa atau US$275 juta," katanya.