Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lawan Tudingan Eropa Soal Sawit, Pengusaha Dukung 100 Persen Langkah Pemerintah

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) akan mendukung segala bentuk langkah pemerintah untuk membela industri kelapa sawit nasional.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) akan mendukung segala bentuk langkah pemerintah untuk membela industri kelapa sawit nasional.

Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) bidang Perdagangan dan Keberlanjutan Togar Sitanggang mengatakan baik pelaku usaha maupun regulator tidak akan dapat berbuat apapun selama Parlemen Uni Eropa belum menyetujui Renewable Energy Directive II (RED II).

Sebagai catatan, Komisi Uni Eropa mengategorikan kelapa sawit sebagai tanaman beresiko tinggi berdasarkan pendekatan Indirect Land Use Change (ILUC).

Togar menambahkan Indonesia sejauh ini hanya bisa melihat dan menunggu. Setelah draft RED II disetujui baru Indonesia akan mempelajari pasal demi pasal yang memberatkan untuk dimajukan ke persidangan World Trad Organization (WTO).

"Masih ada waktu dua bulan ke depan, tapi perundingan [Parlemen Uni Eropa] bisa lebih cepat daripada itu. Kami menyambut baik dan mendukung langkah pemerintah terhadap Uni Eropa atau negara lain yang mengganggu keberlangsungan industri sawit. Apalagi ini sangat penting bagi nilai ekonomi dan jumlah tenaga kerja Indonesia," katanya di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Senin (18/3/2019).

Togar pun menambahkan apa yang dilakukan oleh Uni Eropa adalah tindakan diskriminatif. Pasalnya, kelapa sawit yang perkembangan luasnya mencapai 700.000 ha sejak 2008 dikategorikan tanaman beresiko tinggi. Sementara kedelai dan rapeseed yang perluasannya 3,1 juta ha dianggap tanaman beresiko rendah. "Padahal soybean lebih deforestasi dibandingkan dengan kelapa sawit. Secara ilmiah ini sudah cacat. Ini kami anggap ilmu main-main," katanya.

Togar mengungkapkan sejauh ini negara yang menerapkan energi terbarukan baru Uni Eropa. Negara yang paling banyak menyerap biofuel berdasarkan struktur industri adalah Spanyol, Italia, Belanda dan Prancis yang sedang membangun infrastruktur biodiesel. Adapun negara lain yang berpotensi penerapan energi terbarukan adalah China dengan 2 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper