Bisnis.com, JAKARTA - Para Pemimpin Uni Eropa mengutuk serangan yang telah dilakukan Iran terhadap Israel pada Sabtu, (13/4/2024). Pemimpin benua biru tersebut juga sepakat untuk menjatuhkan sanksi kepada Iran, seperti yang akan dilakukan oleh Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters pada Kamis (18/4/2024), pemimpin Uni Eropa mengambil langkah dengan memberikan sanksi kepada Iran pada Rabu (17/4/2024), atas serangannya terhadap Israel dengan meluncurkan drone dan rudal.
Serangan Iran tersebut akan memunculkan konflik besar di kawasan Timur Tengah sehingga negara-negara besar sedang berusaha untuk mencegah konflik tersebut.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) diselenggarakan di Brussel, Belgia sejak serangan Iran pada Sabtu (13/4/2024), merupakan pertemuan pertama sebanyak 27 pemimpin nasional Uni Eropa, lebih dari enam bulan setelah perang Israel dengan pasukan militan Hamas yang didukung oleh Iran.
Israel telah memperingatkan akan memberikan serangan balasan ke Iran tetapi tidak dijelaskan secara detail caranya.
Ketua KTT Charles Michel menyampaikan seluruh pihak Uni Eropa memiliki peran penting untuk mengisolasi Iran.
“Kami merasa sangat penting untuk melakukan segalanya untuk mengisolasi Iran,” ujar Michel dikutip dari Reuters pada Kamis (18/4/2024).
Michel menambahkan sanksi baru segera diberikan kepada Republik Islam Iran dengan menargetkan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam produksi drone dan rudal.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyampaikan Israel tidak memberikan serangan balasan terhadap Iran secara besar-besaran.
Pemerintah Italia juga memberikan pernyataan saat menjelang perundingan G7 dengan mendukung sanksi yang diberikan terhadap pemasok senjata yang terlibat dalam serangan ke Israel dan pihak-pihak yang terlibat melakukan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Iran melakukan serangan ke Israel sebagai bentuk serangan balasan karena sebelumnya militer Israel menyerang Konsulat Iran di Damaskus pada Senin (1/4/2024).
Serangan militer Israel secara luas di Gaza dilakukan setelah pasukan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Pada Senin (15/4/2024), para menteri luar negeri Uni Eropa segera meneruskan sanksi karena Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ingin adanya langkah-langkah baru terhadap Iran dengan memberikan dukungan untuk membatasi serangan balasan yang dilakukan Israel.
Uni Eropa sudah memiliki program-program yang ditargetkan untuk Iran karena telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia, proliferasi senjata pemusnah massal, dan Iran memberikan dukungan terhadap perang Rusia di Ukraina.
Jerman, Prancis, dan beberapa negara Uni Eropa sedang memikirkan rencana mengenai pembatasan pasokan drone Iran ke Rusia, termasuk pengadaan rudal serta meliputi pengiriman ke proksi Iran di kawasan Timur Tengah.
Belgia juga mendukung sanksi yang diberikan kepada Korps Garda Revolusi Iran, tetapi Scholz menyatakan hal tersebut perlu diadakan pemeriksaan hukum yang lebih lanjut.
Diplomat utama Uni Eropa (UE) Josep Borrell menyampaikan sanksi tersebut dapat diterapkan apabila otoritas nasional di UE menemukan bukti bahwa kelompok tersebut termasuk dalam jaringan teroris.
Para analis menyampaikan kemungkinan besar Iran tidak mendapatkan hukuman ekonomi yang lebih berat karena dikhawatirkan terjadi kenaikan harga minyak mentah dan membuat marah para pembeli utama asal China.
Saat UE berfokus terhadap permasalahan di kawasan Timur Tengah, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menuntut supaya mendapatkan bantuan yang lebih banyak untuk menghadapi Rusia.
Zelenskiy menyampaikan negaranya tidak memiliki pertahanan yang kuat seperti yang dimiliki negara di Timur Tengah.
“Di sini, di Ukraina, di wilayah kami di Eropa, sayangnya, kami tidak memiliki tingkat pertahanan seperti yang kita lihat di Timur Tengah beberapa hari yang lalu,” ujar Zelenskiydikutip dari Reuters.
Dia juga menambahkan Ukraina saat ini memiliki kebutuhan yang utama, yakni pertahanan udara.
“Ini mencerminkan kebutuhan utama kami saat ini, kebutuhan akan pertahanan udara,” lanjut ujarnya.
Seorang pejabat Uni Eropa terus mengingatkan untuk segera lebih cepat memberikan bantuan senjata dan amunisi yang telah dijanjikan kepada Ukraina sebelumnya. (Ahmadi Yahya)