Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) memproyeksikan pertumbuhan positif sepanjang tahun ini.
Triyono Pridjosoesilo, Ketua Asrim, mengatakan sektor minuman ringan diperkirakan tumbuh di kisaran 3%. Sepanjang 2017, industri ini mengalami penurunan yang disebabkan pelemahan daya beli.
Catatan asosiasi, volume produksi industri minuman ringan pada 2017 sebesar 34,41 miliar liter atau turun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 43,76 miliar liter. Total produksi tersebut adalah golongan minuman ringan yang termasuk dalam kategori nonalcoholic ready to drink (NARTD), seperti produk susu, jus, kopi, teh dan variannya
"Harapan kami, industri bisa tumbuh, mudah-mudahan bisa sampai 3%," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (13/3/2019).
Proyeksi tersebut didorong oleh optimisme pertumbuhan ekonomi yang lebih baik sepanjang 2019, salah satunya karena faktor pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif 17 April nanti. Oleh karena itu, pelaku industri berharap pemilu dapat berjalan dengan lancar sehingga optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Terkait pertumbuhan sepanjang tahun lalu, Triyono menyebutkan pihaknya belum mendapatkan data konkrit. Namun, dia pernah menyatakan pertumbuhan produksi bisa positif melihat kenaikan permintaan selama kuartal II/2018. Sepanjang semester I tahun lalu, permintaan mulai positif kembali, kendati tidak terlalu tinggi.
Kendati mulai menunjukkan pertumbuhan permintaan, Triyono menyatakan kinerja industri minuman ringan belum dapat kembali seperti tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 8% hingga double digit.
Menurutnya, selain faktor daya beli masyarakat, kinerja penjualan minuman ringan juga dipengaruhi oleh perubahan konsumsi masyarakat. Saat ini, masyarakat memilih mengalokasikan dana untuk kebutuhan lain yang dianggap lebih penting, seperti telekomunikasi dan wisata.
Lebih jauh, dia menyebutkan perlambatan konsumsi masyarakat turut mempengaruhi produksi pabrikan minuman ringan. Apabila stok di pedagang atau pasar ritel masih cukup banyak, produsen bakal melakukan penyesuaian kecepatan dan kapasitas produksi.
Saat ini, industri minuman ringan masih didominasi oleh produk air minum dalam kemasan (AMDK) sekitar 70% dan diikuti oleh produk teh dalam kemasan serta produk-produk minuman lainnya.
Untuk tahun ini, permintaan AMDK diperkirakan bisa tumbuh sebesar 10% dengan pendorong utama pada gelaran pesta demokrasi, puasa, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Rachmat Hidayat, Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) meyakini produksi AMDK dalam negeri bisa melampaui 30 miliar liter per tahun dari tahun lalu yang sebesar 29 miliar liter per tahun.
Secara keseluruhan, Kementerian Perindustrian mencatat industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 7,91% sepanjang tahun lalu. Dari 2014 hingga 2018, sektor ini mencatatkan pertumbuhan yang relatif lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya dan menjadi salah satu sektor unggulan pengembangan industri pengolahan ke depan.