Bisnis.com, JAKARTA – Optimisme konsumen diperkirakan terus menguat ditopang ekspektasi positif terhadap ekonomi ke depannya.
Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) Bank Indonesia (BI) seiring dengan adanya optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan pada enam bulan mendatang.
IEK pada bulan Februari ini meningkat menjadi 140,9 dari posisi 140,6 pada bulan sebelumnya. Pada Februari ini, konsumen yang disurvei BI melihat adanya peningkatan lapangan pekerjaan dalam enam bulan ke depan, tercermin dari Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Pekerjaan yang meningkat cukup tinggi sebesar 1,2 poin menjadi 127,8 dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan terjadi umumnya di kelompok konsumen dengan tingkat pendidikan sarjana.
Sementara itu, Indeks Ekspektasi Penghasilan naik sebesar 0,5 poin dari bulan sebelumnya menjadi 153,6. Adapun, kelompok penghasilan yang mengalami peningkatan adalah kelompok dengan pengeluaran per bulan Rp2,1 juta - Rp3 juta.
Dalam survei yang sama, BI melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tetap berada pada level optimis (di atas 100) yaitu sebesar 125,1, relatif stabil dibandingkan dengan 125,5 pada bulan sebelumnya. Kendati stabil, IKK mengalami penurunan 0,4 poin dipicu oleh penurunan di dalam Indeks Ekspektasi Ekonomi Saat ini (IKE) yang turun dari 110,3 menjadi 109,4 pada Februari ini.
Penurunan IKE ini didorong oleh penurunan pada semua komponen dari pembentuk ekspektasi tersebut, yaitu penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja dan pembelian durable goods atau barang tahan lama. Indeks penghasilan saat ini pada Februari turun dari menjadi 120,1 dari 121,1 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, indeks ketersediaan lapangan pekerjaan menurun menjadi 95,6 dari 96,8. Indeks pembelian tahan lama per Februari ini mengalami penurunan menjadi 112,4 dari 113,4 pada Januari lalu.
Hasil survei BI juga mengindikasikan bahwa tekanan kenaikan harga diperkirakan meningkat dalam 3 bulan mendatang (Mei 2019). Perkiraan konsumen terhadap perkembangan harga tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan barang dan jasa saat bulan puasa dan menjelang Idul Fitri.
Sementara itu, tekanan harga dalam 6 bulan mendatang (Agustus 2019) diperkirakan menurun didukung oleh persepsi konsumen terhadap terjaganya pasokan barang konsumsi rumah tangga dan normalnya permintaan barang dan jasa.