Bisnis.com, JAKARTA- Pelaku industri budi daya udang diminta untuk terus melakukan inovasi demi menghadapi persaingan di negara-negara tujuan ekspor.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo menyebutkan hal ini menjadi penting karena negara-negara yang menjadi pesaing Indonesia pun terus berubah menjadi lebih baik dan telah menyalip kinerja ekspor udang Indonesia.
Dia mencontohkan, untuk pasar udang Amerika dengan impor mencapai 700.000 ton per tahun Indonesia hanya mampu mengisi sebesar 17,1% atau 118,279,55 ton, kalah dari India dengan 214.410,45 ton atau dengan raihan pasar 32,22%.
“Kompetitor kita itu, India, 3 tahun lalu pada waktu masuk ke Amerika, kita tidak terlalu masalah karena [produknya] masuk masih ada kulitnya. Kalau [produk] kami sudah dikupas. Namun, yang mungkin terlupa, industri pengolahan di India juga tumbuh dengan besar sehingga pada 2016 dan 2017, India ekspor [India ke AS] untuk peeled product naik,” kata Budhi, Kamis (28/2/2019).
Selain berhasil memproduksi produk yang sama, ternyata harga udang asal India juga lebih murah dari udang Indonesia dengan perbedaaah harga sekitar US$1 per kilogramnya. Hal ini, tentu membuat industri pengolahan dalam negeri merasa sulit untuk bersaing.
Untuk itu, selain melakukan inovasi produk di tingkat pengolah, dia juga mendorong peningkatan produksi oleh petambak. Dengan demikian, jumlah bahan baku yang diserap oleh industri pengolahan bisa meningkat.
Saat ini, Budhi menyebutkan, utilitas unit pengolahan udang dalam negeri hanya mencapai 60%-65%. Dengan demikian, biaya produksi per kilogram udang pun menjadi lebih mahal. Untuk bisa menekan biaya ini, pihaknya membutuhkan tambahan bahan baku udang setidaknya sekitar 150.000-200.000 ton per tahun.
“Ini yang buat kami dari AP5I mengalami kesusahan karena India ternyata juga maju. Maka, kita juga harus mengakali lebih maju lagi. Kalau nggak, kita dibabat habis oleh India,” ujarnya.