Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Kegiatan Manufaktur Indonesia Naik Tipis

Pelaku bisnis tetap memandang positif kondisi ke depan walaupun sejauh ini belum terlihat geliat yang signifikan.
Perkembangan impor industri manufaktur Januari-Juni 2018./Bisnis-Radityo Eko
Perkembangan impor industri manufaktur Januari-Juni 2018./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA—Indeks kegiatan manufaktur Indonesia pada Februari 2019 naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya. Walaupun secara umum belum terlihat geliat yang signifikan, pelaku bisnis tetap memandang positif kondisi ke depan.

Berdasarkan Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis Jumat (1/3/2019), pada Februari tahun ini, indeks manufaktur dalam negeri berada di angka 50,1. Angka tersebut naik dari bulan sebelumnya yang berada di posisi 49,9.

Data indeks di atas 50 menunjukkan peningkatan di semua variabel survei, sedangkan di bawah 50 mengindikasikan penurunan.

Indeks manufaktur yang dirilis setiap bulan ini memberikan gambaran tentang kinerja industri pengolahan pada suatu negara, yang berasal dari pertanyaan seputar jumlah produksi, permintaan baru, ketenagakerjaan, inventori, dan waktu pengiriman.

Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, mengatakan pada Februari 2019 volume produksi perusahaan-perusahaan yang disurvei mengalami penurunan dan bisnis baru yang masuk tercatat sepi.

Dengan melihat angka PMI pada bulan kedua tersebut, dia memperkirakan kondisi industri pengolahan selama kuartal I tidak terlalu menggembirakan.

“Kondisi permintaan yang lemah menyebabkan penurunan lebih lanjut pada penumpukan pekerjaan dan membebani volume produksi pada bulan mendatang,” ujar Bernard.

Sementara itu, tekanan inflasi dapat ditangani dengan baik. Hal ini, kata Bernard, terlihat dari kenaikan biaya produksi dan harga produk yang hanya terjadi pada kisaran marginal dan laju yang lebih lambat dibandingkan tahun lalu. Penguatan nilai tukar secara umum menjadi alasan perlambatan inflasi.

Kendati volume produksi menurun, perusahaan merekrut lebih banyak pekerja sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan penumpukan pekerjaan.

Tingkat pekerjaan yang belum terselesaikan mengalami penurunan selama 4 bulan berturut-turut dan berada pada laju tercepat sejak Desember 2017.

Beban rantai pasokan juga mereda dengan penurunan produksi dan waktu pengiriman tercatat lebih cepat. Responden secara umum masih optimistis tentang perkiraan bisnis ke depan. Hal yang mendorong keyakinan ini antara lain variasi produk yang lebih banyak, investasi modal, dan ekspansi bisnis yang terencana.

Adapun, Nikkei Indonesia Manufacturing PMI didasarkan pada data survei yang diadakan setiap bulan. Lebih dari 300 perusahaan manufaktur menjadi responden.

Sektor manufaktur yang disurvei terbagi dalam 8 kategori, yaitu logam dasar, kimia dan plastik, elektronik dan optik, makanan dan minuman, permesinan, tekstil dan pakaian jadi, pengolahan kayu dan kertas, serta alat angkutan.

Adhi S Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), sebelumnya menyatakan kondisi permintaan yang belum kuat pada awal tahun memang normal terjadi di sektor makanan dan minuman.

Permintaan akan segera terakselerasi kembali seiring dengan persiapan pemenuhan kebutuhan menjelang puasa dan Hari Raya Lebaran yang tiba pada periode Mei--Juni tahun ini.

Biasanya, lanjut Adhi, persiapan dilakukan beberapa bulan sebelum puasa dan Lebaran. "Purchasing untuk persiapan puasa dan Lebaran biasanya 3 bulan sebelumnya," jelas Adhi.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menuturkan hal serupa. Dia menilai kurang bergairahnya permintaan pada awal-awal tahun sebagai hal lumrah. Pelaku industri pun optimistis kinerja industri akan kembali meningkat sepanjang tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper