Bisnis.com, JAKARTA - Produksi batu bara diperkirakan mulai meningkat signifikan pada paruh kedua tahun ini seiring dengan faktor cuaca yang mendukung.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan pada semester pertama tahun lalu, produksi batu bara masih di bawah 200 juta ton. Namun, hingga akhir tahun ternyata produksinya melambung di atas 500 juta ton.
"Umumnya karena faktor cuaca. Biasanya sampai awal kuartal II curah hujan masih tinggi dan RKAB juga masih dalam tahap review oleh pemerintah pusat dan daerah," ujarnya kepada Bisnis, Senin (25/2/2019).
Selain itu, Hendra juga menyatakan antara catatan dan realisasi produksi di lapangan seringkali belum sesuai hingga akhir tahun. Pasalnya, data produksi dari pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di daerah biasanya baru tercatat secara lengkap pada akhir tahun atau awal tahun berikutnya.
"Seluruh data memang baru bisa terkumpul awal tahun," tuturnya.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, produksi batu bara sepanjang tahun lalu mencapai 548,58 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi 20 juta ton dari catatatn awal Januari 2019 sebanyak 528 juta ton.
Adapun selisih tersebut disebabkan laporan produksi dari IUP di daerah belum masuk semua pada awal Januari. Seperti diketahui, kewenangan perizinan IUP saat ini ada di bawah gubernur.
Sementara itu, tidak ada perubahan pada catatan DMO atau tetap 115 juta ton. Dengan demikian, persentase DMO pada tahun lalu turun dari catatan awal sebesar 21,9% menjadi 20,96%.
Untuk tahun ini, Kementerian ESDM menyatakan DMO batu bara mencapai 128 juta ton. Artinya ekspor batu bara bisa mendekati angka 400 juta ton pada tahun ini.