Bisnis.com, JAKARTA—Nada dovish The Fed serta keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunganya diyakini akan menjaga kinerja pasar surat utang tetap stabil dan arus masuk investor asing pun berlanjut.
Anup Kumar, Senior Fixed Income Analyst Bank Maybank Indonesia, mengatakan bahwa FOMC minutes yang dirilis The Fed memperjelas pendirian mereka untuk bersabar dalam menaikkan suku bunga acuannya.
Dalam risalah rapat juga terlihat pandangan para anggota The Fed terpecah. Banyak yang tampak kecewa dengan risalah rapat The Fed karena mereka berharap risalah yang diumumkan dapat memberikan pandangan dovish atau netral.
Anup mengatakan, Maybank tetap berpandangan bahwa The Fed akan tetap menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 2 kali tahun ini.
Meskipun demikian, dirinya juga tetap melihat bahwa kekuatan dollar indeks akan menurun dan akan bergerak pada rentang 95,5 – 97,5 dengan ekspektasi bahwa data ekonomi Amerika Serikat akan lebih lemah ke depannya, mendekatnya akhir siklus kenaikan suku bunga referensi The Fed dan optimisme dari perbaikan hubungan dagang AS dan China.
“Oleh karena itu, kami masih memiliki pandangan mildly bullish untuk SUN Indonesia pada tahun 2019 ini,” katanya, Kamis (21/2/2019).
Baca Juga
Anup mengatakan, untuk saat ini pihaknya masih berekspektasi investor asing akan tetap melanjutkan pembelian di pasar SUN dan mencatatkan net buy. Hingga Selasa (19/2), nilai net buy asing sudah mencapai Rp33,18 triliun sejak awal tahun.
Namun, masih banyaknya supply SUN akan menyebabkan arus masuk investor asing lebih banyak melalui pasar perdana. Arus masuk asing baru dapat menggerakkan harga SUN bila bid-to-cover ratio pada lelang mengalami kenaikan, atau ada kejutan-kejutan yang membuat asing memburu SUN di pasar sekunder.
“Salah satu kejutan itu termasuk surplusnya neraca perdagangan, pertumbuhan FDI yang meningkat, berhasilnya dana hasil eksport ditahan di dalam negeri dan atau BI memberikan statement netral atau akomodatif terkait laju kenaikan suku bunga,” katanya.
Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa sikap The Fed yang belum bisa ditebak serta potensi meredanya ketegangan konflik dagang AS dan China akan mengurangi gejolak di pasar.
“Kalau gejolak pasar berkurang, kecenderungan bagi pasar untuk menguat jauh lebih besar. Dengan harapan ekonomi masih akan tumbuh, likuiditas di pasar akan meningkat pula. Otomatis cost of fund perlahan-lahan akan mereda,” katanya.
Ramdhan menilai, sentimen utama pasar tahun ini masih seputar gejolak eksternal. Bila ketidakpastian makin mereda, ekonomi dunia bisa diharapkan lebih stabil dan tumbuh bersama-sama.
Menurutnya, potensi kenaikan The Fed tahun ini mungkin hanya akan sekali lagi dan terjadi di akhir tahun. The Fed belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, sehingga gejolak pasar pun bisa diharapkan relatif rendah dalam jangka pendek-menengah.