Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk mengaktifkan kembali kerja sama ekonomi komprehensif IK-CEPA yang ditargetkan selesai perundingannya pada November 2019.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, inisiatif reaktivasi IK CEPA muncul ketika dia bertemu dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Korsel Kim Hyun-chong pada November 2018.
"Dari pertemuan tersebut kami sepakat untuk melanjutkan kembali perundingan IK CEPA, untuk memperdalam potensi-potensi yang ada," katanya, Selasa (19/2/2019).
Menteri Enggar mengatakan, kedua negara sepakat untuk menyelesaikan proses perundingan pada November 2019. Untuk itu, substansi perundingan ditargetkan selesai paling lambat Oktober 2019.
Dia menyebutkan, IK-CEPA akan menjadi salah satu fasilitas bagi kedua negara untuk meningkatkan nilai perdagangan sebesar US$30 miliar pada 2022.
Adapun berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan kedua negara pada Januari-November 2018 mencapai US$18,62 miliar.
Kendati demikian, menurutnya kedua negara masih dalam proses menyiapkan komoditas dan sektor bisnis yang akan dikerjasamakan dengan Korsel.
Menurutnya, untuk ekspor, Indonesia akan menggenjot pengiriman tenaga kerja terampil dalam pakta kerja sama ekonomi komprehensif tersebut.
Sebaliknya, Indonesia akan memanfaatkan peluang investasi dari Korsel di sektor otomotif, elektronik dan industri 4.0.
Sementara itu, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Korsel Kim Hyun-chong mengatakan, Indonesia merupakan mitra dagang dan mitra kerja sama ekonomi yang strategis di Asean.
Dia berharap IK CEPA akan memperdalam kerja sama antara RI dan Korsel yang selama ini terjalin melalui Asean-Korsel FTA.
"Kami cukup tertarik membuka kerja sama yang lebih dalam di sektor tekstil. Karena kami melihat sektor itu tumbuh dengan baik di Indonesia. Dan tentu akan ada peluang-peluang kerja sama lain yang bisa kita gali ke depannya," ujarnya.
Adapun, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo mengatakan, perundingan IK CEPA sudah sempat dilakukan dalam tujuh putaran pada 2012—2014. Namun, perundingan tersebut terhenti lantaran Indonesia mengalami pergantian presiden.
"Nanti, kita tidak akan memulai dari awal lagi. Kita tinggal melanjutkannya dan melakukan update peluang-peluang kerja sama baru dari kedua negara," jelasnya.